Sabtu 20 Jan 2018 17:45 WIB

BNPB: Januari-Februari Puncak Musim Hujan

Adanya gangguan atmosfer juga pengaruh global lain.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Agung Sasongko
Awan hitam menggantung di Teluk Jakarta, Selasa (2/5). Meski memasuki musim kemarau hujan levat masih sering terjadi di Jakarta
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Awan hitam menggantung di Teluk Jakarta, Selasa (2/5). Meski memasuki musim kemarau hujan levat masih sering terjadi di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bulan Januari dan Februari merupakan puncakpuncak musim hujan untuk sebagian besar wilayah Indonesia. Namun, selama Januari 2018 ini justru mengalami penurunan dibandingkan normalnya.

"Adanya gangguan atmosfer juga pengaruh global lain menyebabkan hujan selama Januari ini curah hujannya lebih rendah daripada normalnya sehingga bencana banjir dan longsor juga berkurang," kata Sutopo saat dikonfirmasi, Sabtu (20/1).

Namun, sambung Sutopo, BMKG memperkirakan mulai pekan ini hingga ke depan curah hujan akan meningkat dan berpotensi bencana. Hal tersebut diamini oleh BMKG,Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R. Prabowo mengatakan,kondisi cuaca Indonesia saat ini sedang mengalami musim hujan sehingga meningkatnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

"Berdasarkan peningkatan kondisi atmosfer yang signifikan beberapa hari kedepan di sejumlah wilayah Indonesia mengakibatkan potensi hujan sedang lebat, angin kencang dan gelombang tinggi," kata dia.

Adapun wilyah yang berpotensi hujan sedang hingga leba terdapat di wilayah Kep. Riau, Riau, Sumatera Selatan,Lampung, sebagian besar Pesisir Selatan Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua.

Sementara wilayah waspada potensi angin kencang terdapat di wilayah Banten, Jakarta, Pesisir Utara Jawa, Laut Jawa, Sulawesi Selatan, Pesisir Selatan Kalimantan Tengah dan Selatan,Laut Banda, Laut Arafuru.

Dan untuk waspada potensi gelombang dengan tinggi 1,25 meter hingga 2,5 meter terdapat di Perairan barat Aceh - Mentawai, Perairan Bengkulu, Selat Lombok - Selat Alas bagian selatan, Perairan Selatan Sumbawa - P. Rote, Laut Timor Selatan NTT, Perairan Anambas - Natuna, Laut Natuna Utara, Perairan Utara Jawa, Laut Jawa bagian Barat, Perairan Selatan Kalimantan, Selat Makassar bagia Selatan, Perairan Barat Sulawesi Selatan, Perairan Kep. Selayar, Laut Flores, Perairan Utara Kep. Sangihe - Talaud, Laut Maluku bagian Utara, Perairan Utara dan Timur Halmahera, Laut Halmahera, Perairan Utara Papua Barat hingga Papua, Laut Banda bagian Selatan, Perairan Kep Sermata - Leti - Babar - Tanimbar, dan Perairan utara Kep. Kai - Aru.

"Sedangkan untuk gelombang laut dengan tinggi 2,5 -meter hingga 4,0 meter terdapat di Perairan Enggano, Perairan Barat Lampung, Selat Sunda bagian Selatan, Perairan selatan Jawa, Selat Bali bagian Selatan, Samudera Hindia Barat Kep. Menntawai - Selatan Lombok, Laut Jawa bagian Tengah dan Laut Arafuru," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement