Jumat 19 Jan 2018 17:20 WIB

Tim Lakukan Penanganan Darurat Campak dan Gizi Buruk

KLB campak disebabkan imunisasi yang tidak lengkap yang disertai kondisi geografis

Rep: umi nur fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Kepolisian menyusuri korban-korban penyakit Campak di Kabupaten Asmat, Papua
Foto: dok. Divhumas Polri
Kepolisian menyusuri korban-korban penyakit Campak di Kabupaten Asmat, Papua

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Anak, Dimas Dwi Saputro memberi sejumlah penanganan darurat mengatasi campak dan gizi buruk. Kendati demikian, ia menegaskan stategi pengobatan campak dan gizi buruk seharusnya dilakukan dengan diagnosis yang tepat sejak awal.

"Hal itu penting dilakukan agar pengobatan dapat segera dilakukan," kata Dimas dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Jumat (19/1).

Dimas yang berada di Agats, Papua itu menjabarkan pasien dengan demam dan ruam yang berawal dari kepala lalu menjalar ke seluruh tubuh, disertai gejala ISPA atau diare, dan belekan, perlu dicurigai sebagai campak. Apabila terdiagnosis campak, pasien langsung ditangani infeksinya dengan antibiotik, diberikan asupan nutrisi optimal, dan diberikan vitamin A.

Selain itu, ada pula terapi komplikasi campak, seperti diare, pneumonia, dehidrasi karena asupan kurang, penurunan kesadaran, juga diberikan jika hal-hal tersebut ditemukan.

Sementara pada gizi buruk dapat dilihat pada kondisi fisik yang sangat kurus, tampak tulang iga pada badannya, tampak gelambir kulit pada bokongnya (seperti baggy pants), dan wajah keriput seperti orang tua. Untuk menanganinya, tim kesehatan memberikan nutrisi susu dengan formulasi khusus yang dibuat sendiri, yaitu susu formula ditambah gula, minyak, dan mineral mix.

"Namun karena tak tersedianya minyak dan mineral mix, maka hanya susu dan gula saja. Tujuannya memberikan kalori dengan formula F75 dan F100 (susu dgn kalori yang padat untuk kejar tumbuh)," jelas Dimas.

Selain itu, ia melanjutkan, tim kesehatan juga memberikan antibiotik pada penderita gizi buruk dengan infeksi, dan vitamin A, asam folat. Ia memastikan tim kesehatan memantau kenaikan berat badan setiap pagi.

Dimas mengatakan KLB campak disebabkan imunisasi yang tidak lengkap yang disertai kondisi geografis. Pun ketidaktahuan orang tua terhadap jadwal imunisasi dan sulit melakukan edukasi pada orang tua, membuat semakin rendah cakupan imunisasinya.

Namun demikian, ia mengimbau masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari agar mencegah penularan sakit infeksi. Serta, mencukupi asupan makanan yang sesuai jumlah, jenis makanan, dan jadwal makan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement