Jumat 19 Jan 2018 12:12 WIB

Tanwir Aisyiyah untuk Gerakan Jihad Ekonomi Perempuan

Perempuan mampu berkiprah lebih luas dalam memajukan kehidupan bangsa melalui pertumbuhan ekonomi.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Gita Amanda
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantin (kedua kiri) bersa Rektor UM Surabaya Sukadiono (ketiga kiri) memberikan keterangan pers terkait Tanwir I Aisyiyah. Acara tersebuut digelar di Kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jalan Raya Sutorejo Nomor 59, Mulyorejo, Surabaya, Kamis (18/1).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantin (kedua kiri) bersa Rektor UM Surabaya Sukadiono (ketiga kiri) memberikan keterangan pers terkait Tanwir I Aisyiyah. Acara tersebuut digelar di Kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jalan Raya Sutorejo Nomor 59, Mulyorejo, Surabaya, Kamis (18/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Organisasi untuk Wanita Muhammadiyah, Aisyiyah, menggelar tanwir pertamanya pada 19-21 Januari 2018 di Kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jalan Raya Sutorejo Nomor 59, Mulyorejo, Surabaya. Tanwir yang dibuka langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla tersebut mengusung tema "Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan, Pilar Kemakmuran Bangsa".

Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantin memaparkan tema tersebut diangkat tiada lain untuk mendorong gerakan jihad ekonomi perempuan. "Aisyiyah dengan potensi perempuan yang dimiliki bermaksud meneguhkan dan meluaskan gerakan jihad ekonomi perempuan demi terwujudnya kemajuan ekonomi di Indonesia," kata Noordjannah dalam sambutannya.
 
Noordjannah pun mengakui, untuk mendorong gerakan jihad ekonomi perempuan tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Maka dari itu, Aisyiyah terus berupaya bersinergi dengan pemerintah dan lembaga negara, serta dengan pihak swasta.
 
"Tidak akan membuahkan hasil gerakan jihad ekonomi perempuan ini jika pemerintah belum bersungguh-sungguh, jika belum mengambil kebijakan yang sesuai dengan kepentingan masyarakat luas," ujar Noordjannah.
 
Noordjannah berharap, tanwir yang digelar benar-benar mampu membangkitkan semangat lebih agar perempuan mampu berkiprah lebih luas dalam memajukan kehidupan bangsa melalui pertumbuhan ekonomi. Terlebih, jika melihat realitas di lapangan, permasalahan perekonomian ini masih menimbulkan kepreihatinan baik bagi pemerintah maupun organisasi, termasuk Aisyiyah. 
 
"Maka dari itu, nanti akan dibahas solusi untuk masalah kemiskinan, kesenjangan ekonomi, serta masih tajamnya penguasan air, bumi, dan isinya yang belum sesuai sepenuhnya dengan mandat konstitusi," kata Noordjannah.
 
Penyelesaian masalah perekonomian tersebut, kata Noordjannah, selain menjadi tanggung jawab pemerintah, juga menjadi tanggung jawab organisasi, termasuk organisasi perempuan seperti Aisyiyah. Apalagi, perempuan menurutnya memiliki peran yang luar biasa dalam upaya memperbaiki perekonomian di negeri ini.
 
"Terbukti pada krisis 1998 kan yang bisa bertahan dan menyelesaikan permasalahan ekonomi di rumah-rumah itu kan perempuan. Banyak laki-laki kehilangan pekerjaan, tapi perempuan masih bisa memperbaiki dengan mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan," ujar Noordjannah.
 
Noordjannah juga menerangkan, misi dakwah pemberdayaan ekonomi perempuan telah menjadi agenda penting dan utama Aisyiyah. Agenda itu dijalankan melalui program-program pemberdayaan maayarakat dan melakukan advokasi regulasi, maupun kebijakan ekonomi yang berpihak pada rakyat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement