Jumat 19 Jan 2018 05:39 WIB

Polres Cianjur Sidak Sekolah, Antisipasi LGBT dan Seks Bebas

Khususnya untuk mengantisipasi penyebaran LGBT, terutama laki-laki seks laki-laki (LSL) di wilayah tersebut

Tolak LGBT/Ilustrasi
Tolak LGBT/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Polres Cianjur, Jawa Barat, melakukan sosialisasi dengan mendatangi sekolah SMA/SMK. Khususnya untuk mengantisipasi penyebaran LGBT, terutama laki-laki seks laki-laki (LSL) di wilayah tersebut.

"Hari ini kami melakukan sosialisasi sekaligus sidak, untuk menindaklanjuti penggerebekan pesta seks gay di Cipanas. Penindakan kami lakukan sebagai upaya preventif dan didapati sejumlah siswa menyimpan video porno di telepon selularnya," kata Kapolres Cianjur, AKBP Soliyah, Kamis (18/1) kemarin.

Sekolah yang didatangi jajaran Polres Cianjur, seperti SMA Pasundan I Cianjur dan SMK 3 Otomotif. Di kedua sekolah tersebut, memberikan pemaparan terkait bahaya seks bebas, apalagi seks sesama jenis.

Dia menjelaskan, setelah melakukan pemaparan, pihaknya melakukan pemeriksaan tas dan telepon pintar milik siswa. Hasilnya ditemukan hal yang diluar dugaan. Beberapa orang siswa menyimpan voideo porno yang dikhawatirkan menjadi bibit untuk seks bebas, terutama penyimpangan seks.

"Harusnya mereka fokus belajar, tapi malah menyimpan video yang tidak seharusnya mereka tonton. Ini bisa menjadi bibit terjadinya seks bebas dan perilaku seks menyimpang," katanya.

Soliyah mengatakan, siswa yang kedapatan menyimpan video porno, mendapatkan pembinaan dari pihaknya dan sekolah. Bahkan pihaknya juga menyerahkan hal tersebut pada orangtua siswa yang bertanggungjawab penuh karena memiliki waktu lebih lama bersama anaknya.

Dia menambahkan, kegiatan tersebut akan terus dilakukan secara berkelanjutan, termasuk mengggelar talkshow dan sosialisasi dengan objek siswa SMP, SMA/SMK dan umumnya remaja.

Sementara Kepala SMA Pasundan 1 Cianjur, Ujang Suganda, mengatakan, pihaknya akan lebih intensif membina siswa, guna mengantisipasi perilaku negatif siswa, salah satunya terkait penyimpangan seksual atau seks sesama jenis.

"Siswa yang berperilaku tidak normal, akan dilakukan pendekatan dan selanjutnya dibina, agar perilakunya tidak menyimpang dari norma dan etika yang ada. Jangan sampai ada siswa yang terjerumus dalam kenakalan remaja, apalagi jadi pelaku penyimpangan seksual," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement