REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak merdeka hingga saat ini, Indonesia masih diselimuti persoalan krusian seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial. Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah menilai, yang paling merasakan dampak dari persoalan itu adalah kelompok perempuan dan anak-anak.
Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noordjannah D menyatakan, hingga saat ini kebijakan perekonomian masih belum berpihak kepada kelompok miskin. Bahkan, kecenderunganya kini kebijakan justru kian mengesampingkan kelompok miskin yang terkihat dari tingginya kesenjangan sosial ekonomi yang ada.
Berdasar fakta itu, PP Aisyiyah menggelar tanwir di Surabaya pada 19 hingga 21 Januari yang mengusung tema "Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Peremuan, Pilar Kemakmuran Bangsa".
Ia menilai, kemakmuran bangsa merupakan bagian penting dari cita-cita nasional yang menjadi komitmen para pendiri bangsa. Sedangkan, kemakmuran itu tak akan terwujud selama kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan masih terjadi.
"Oleh karena itu, PP Aisyiyah merasa tema yang diusung dalam tanwir kali ini merupakan tema yang sangat penting dan tepat untuk turut menyelesaikan persoalan krusial tersebut," ujar Siti dalam konferensi pers tanwir PP Aisyiyah di Yogyakarta, Selasa (16/1).
Dalam Tanwir yang merupakan forum tertinggi setelah muktamar ini, akan diikuti oleh 400 peserta dari seluruh perwakilan pimpinan Aisyiyah di Indonesia. Ia menilai, tanwir merupakan momentum yang strategis untuk melakukan evaluasi dan merumuskan strategi dakwah Aisyiyah.
Selain itu, lanjutnya, momentum ini juga dapat sekaligus menjadi forum untuk menjawab tantangan global dan nasional terkait persoalan krusial yang sedang dihadapi oleh Bangsa Indonesia.