REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Hujan deras yang mengguyur wilayah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, sejak Senin (15/1) malam hingga Selasa pagi mengakibatkan seratusan rumah warga dilanda banjir. Hingga saat ini, ketinggian air mencapai 10 sentimeter hingga 100 sentimeter mengganggu aktivitas perekonomian masyarakat setempat.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kota Pekalongan, Arief Karyadi di Pekalongan, Selasa (16/1), mengatakan bahwa Wali Kota bersama Dandim dan Kapolres Pekalongan telah mengunjungi sejumlah tempat pengungsian korban banjir. "Rombongan wali kota dengan menggunakan perahu fiber milik badan penaggulangan bencana daerah (BPBD) berkunjung ke sejumlah tempat pengungsian sekaligus memberikan nasi bungkus pada para pengungsi," ucapnya.
Menurut dia, saat ini ada seratusan warga yang masih mengungsi yaitu 80 orang mengungsi di masjid Alkaromah dan 60 orang di mushala Alikhsan Kecamatan Tirto. Adapun belasan kelurahan yang dilanda banjir tersebut, antara lain Tirto, Bandengan, Pasirkratonkramat, Pabean, Padukuhan Kraton, Panjang Baru, Kandang Panjang, Panjang Wetan, dan Krapyak.
"Saat ini, korban banjir belum bisa pulang ke rumah masing-masing karena genangan banjir belum surut. Mereka masih bertahan di tempat pengungsian," ujarnya.
Ia mengatakan pemkot telah membuka dapur umum di Kelurahan Pasirkratonkramat untuk memenuhi kebutuhan pengungsi terhadap bahan pangan dan memberikan pemeriksaan kesehatan pada korban banjir.
"Selain BPBD juga mendirikan posko di kantor BPBD Jalan Sriwijaya Kota Pekalongan sebagai lokasi sentral informasi penanggulangan bencana. Kami berharap banjir segera surut sehingga masyarakat bisa beraktivitas lagi," tuturnya.
Korban banjir, Casmudi mengatakan dirinya dan sebagian warga memilih bertahan di rumahnya masing-masing karena pemkot belum menyediakan tempat pengungsian yang layak.
"Kami memilih bertahan di rumah sendiri karena tempat pengungsian ditempatkan di masjid dan mushala. Hingga kini pun kami juga belum mendapat bantuan dari pemkot," katanya.