REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sejumlah bangunan di SMKN 3 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat mengalami kerusakan akibat gempa yang terjadi pada pertengahan Desember lalu. Hingga kini, bantuan perbaikan gedung masih belum dikucurkan. Sehingga pihak sekolah pun berinisiatif meminta pengadaan tiga unit tenda agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tidak terganggu.
Kepala SMKN 3 Kota Tasikmalaya Maptuh mengatakan ada enam ruangan yang mengalami kerusakan dari total 40 ruangan di sekolah tersebut. Empat di antara ruangan tersebut rusak parah hingga tak bisa digunakan. Adapun dua ruangan lainnya masih bisa digunakan, namun tak maksimal karena kerap mengalami bocor saat hujan turun. Alhasil, pihaknya pun berinisiatif meminta pengadaan tenda pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tasik.
"Tenda baru minta sekarang karena dulu pas kejadian kan lagi libur jadi nggak ada siswa terganggu. Tapi sekarang saat dipakai ketika hujan besar jadi merembes ke bawah, sebagian ada juga yang dipindah ke aula atau ruangna lain, tapi nggak maksimal," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (15/1).
Ia merinci dua ruang kelas yang rusak parah merupakan ruang belajar siswa kelas 12 Desain Komunikasi Visual (DKV) di gedung sisi barat sekolah. Lalu dua ruang lagi yang rusak parah ialah ruang laboratorium DKV di lantai dua gedung sisi timur sekolah. Sedangkan dua bangunan rusak ringan berada di bawah lab DKV yang rusak tersebut.
"Jadi rencana apabila direhabilitasi, pasti anak-anak harus aman dan nyaman belajar jadi harus dipindah supaya sekaligus pekerja tidak terganggu. Makanya kami minta tenda buat yang kelas di bawah lab karena suka bocor," ujarnya.
Ia mengaku sudah menyampaikan proposal perbaikan ruangan ke berbagai pihak seperti Disdik Provinsi Jabar atau BPBD. Namun belum ada jawaban. Sedangkan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) Bank BJB yang dijanjikan oleh Gubernur Ahmad Heryawan saat kunjungan pada Desember lalu juga belum dapat dicairkan. Ia menilai lambatnya pencairan bantuan lantaran periode bencana yang terjadi di akhir tahun hingga menyulitkan penganggaran.
"Bantuan masih nunggu, prosesnya panjang mungkin, proposal sudah disampaikan ke beberapa pihak termasuk CSR BJB tapi mungkin ada proses administrasi, belum cair. Karena bencana di akhir tahun dan rencana perbaikannya di awal tahun,jadi ada mekanisme yang mesti ditempuh mungkin," ucapnya.