REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto beserta pengurus lainnya berkunjung ke Kantor Harian Umum Republika, Senin (8/1). Dalam pertemuan, Hasto turut menyampaikan salah satu kajian mengenai rekam jejak Bung Karno (Soekarno) dengan Islam.
Menurutnya, Bung Karno membawa tradisi kehidupan Islam yang sangat terintegrasi dengan alam pikir kebangsaan. "Misalnya, ketika berkunjung ke Uni Soviet pun, Bung Karno yang santri, salat lima waktu tak pernah putus, sama dengan Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, tapi dalam alam pikirnya adalah kebangsaan," kata Hasto.
Hasto melanjutkan, Bung Karno jugalah yang meminta membuka kembali masjid biru yang sebelumnya diubah menjadi gudang di Uni Soviet. Tetapi, sejarah itu yang dicoba dikaburkan pada masa itu. Selain itu, menurut dia, jika tidak ada peran Bung Karno, Al-Azhar mungkin sudah ditutup.
"Bung Karno lah yang minta. Kemudian perjuangan untuk bangsa Asia-Afrika, Afro-Asian Islamic Centre," lanjutnya.
Hasto menambahkan Bung Karno juga begitu dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU) secara kultur. Bung Karno dicintai kiai-kiai NU maupun Muhammadiyah. Dari Bung Karno jugalah tercipta istilah Islam progress. Kemudian, Hasto menegaskan Bung Karno juga mempersiapkan puterinya Megawati Soekarnoputri sejak kecil untuk dekat dengan kalangan Islam maupun menjadi pemimpin.
Di samping itu, Hasto juga memaparkan rangkuman tokoh-tokoh Islam sekaligus pahlawan nasional asal Sumatra Barat. Pertemuan Redaksi Republika dengan Pengurus PDIP dimulai pada pukul 10.00 WIB. Hasto juga mengakui berkunjung ke Kantor Pengurus Ikatan Cendekiawan Musli, Indonesia (ICMI).