Selasa 02 Jan 2018 19:50 WIB

Pelajaran Berharga dari Twit War Demiz-HNW

Silaturahim (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Silaturahim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arie Lukihardianti, Febrianto Adi Saputro

Dalam dua hari ini jagad politik nasional dihebohkan perang twit (twit war) antara Wakil Ketua MPR yang juga politis PKS, Hidayat Nur Wahid (HNW), dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar (Demiz).

Tidak ada yang menang dan kalah dalam perang kata-kata di media sosial ini. Fatsun politik tinggi (high politics) yang diajarkan Plato dan Immanuel Kant yang mengedepankan moral politiklah yang menjadi pemenangnya.

Pangkal persoalan ketika Hidayat mengunggah dokumen Pakta Integritas antara Demiz dan Partai Demokrat. Dalam cuitan tersebut, Hidayat seperti mempermasalahkan salah satu poin yang tertuang dalam dokumen tersebut, terutama mengenai akan mendukung calon presiden maupun wakil presiden yang diusung Demokrat pada 2019.

Juga, dalam kontrak politik yang terdiri atas empat poin tersebut, Demiz tertulis siap menjadi anggota Partai Demokrat dan ditempatkan di struktur partai. Selain itu, di dalam pakta intergitas yang ditandatangani di atas materai tersebut juga tertulis bahwa Demiz siap menjadi calon gubernur/wakil gubernur dan memenangkannya serta menggerakkan mesin partai termasuk biayanya.

Poin ketiga menyebutkan, Demiz siap menggerakkan mesin partai untuk memenangkan calon presiden/wakil presiden yang diusung Partai Demokrat tahun 2019-2024 serta siap menerima arahan partai koalisi. Pakta Integritas ini diduga menjadi salah satu alasan PKS menarik dukungan terhadap Demiz pada Pilgub Jabar 2018.

Unggahan ini muncul beberapa hari setelah silaturahim politik Ahmad Syaikhu dan pengurus DPW PKS ke kediaman Demiz. Silaturahium itu untuk menunjukkan hubungan harmonis tingkat tinggi antara PKS dan Demiz meski PKS memilih meninggalkan Demiz.

Menanggapi hal itu Demiz mempertanyakan kesalahannya terhadap PKS kepada mantan Ketua MPR 2004-2009 itu. "Kalau dokumen itu yang dimaksud maka dosa apa yang saya lakukan pada PKS? Bukankah Ustaz (HNW) sebagai kader PKS juga harus mendukung capres/cawapres yang diusung PKS?" Demiz mempertanyakan.

Deddy Mizwar mengaku tidak tahu alasan HNW mengeluhkan Pakta Integritas itu. Memang saat ini ia telah resmi diusung sebagai calon gubernur oleh Partai Demokrat dan diangkat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Daerah (MPD) Partai Demokrat Jawa Barat.

Menurut Demiz, sebagai kader partai, maka ia harus mendukung langkah apa pun yang diambil Demokrat. Hal itu, sudah menjadi kewajibannya. "Apa salahnya coba mendukung partai sendiri, kan saya kadernya," kata dia.

Twit war ini pun mendapat respons dari Fahri Hamzah, wakil ketua DPR. Fahri mengatakan hubungan antara PKS dan Demiz dulu cukup harmonis.

Demiz yang didapuk menjadi wakil Ahmad Heryawan (Aher) bisa dibilang menjadi faktor lain dalam kemenangan PKS pada pemilihan Gubernur lima tahun lalu. "Demiz ini hadir mendukung PKS yang dalam situasi sulit. Karena dulu lawan Aher itu Dede Yusuf yang memiliki akar kuat di Jawa Barat. Jadi situasinya sangat rumit," ujar Fahri, Ahad (31/12).

Menurut Fahri, saat Demiz masuk sebagai salah satu kader PKS, dia menjadi 'gizi' yang luar biasa bagi pertai tersebut. Maka ketika pengurus PKS saat ini meninggalkan Demiz, Fahri pun menyayangkan.

Moral politik

Namun, tampaknya persoalan tidak berjalan panjang. Moral politik menjadi sandaran Demiz dan HNW untuk mengakhiri konflik yang mereka nilai lebih banyak keburukannya itu. "Politik harus berpijak dari landasan moralitas," begitu pesan yang diajarkan Immanuel Kant, filosof Jerman yang hidup di akhir abad ke-18.

Jika moral politik buruk maka dampak yang ditimbulkan pun bisa semakin buruk. Perilaku politik yang santun dan saling menghormati menjadi penting di sini. Amien Rais menyebut ini sebagai high politics, lawan dari low politics.

Baik Demiz dan HNW sepakat mengakhiri konflik ini dengan ajakan minum kopi antara satu sama lain. Ini pesan yang disampaikan HNW:

"Assalamualaikum bang @deddy_mizwar, sesudah seharian memulai komunikasi di medsos, semoga Allah selalu karuniakan ridha dan inayah-Nya. Kapan nih berkenan ngopi tahlil di rumah kami? Kemarin imam masjid al-Aqsha, syaikh Ali Umar al Abbasiy, mencicipi dan memuji kopi tahlil kami. Hanupis Bang,"// tulis HNW melalui akun Twitter-nya, Senin (1/1).

Hanupis singkatan dari hatur nuhun pisan (terima kasih banyak). Diambil dari Bahasa Sunda.

Ajakan ngopi disampaikan lebih dulu oleh Demiz. "Ustaz HNW orang yang baik. Untuk mengakhiri ini, silakan beliau menunjukkan kontrak politik yang dimaksud via sosmed atau sambil ngopi hehe."

Siang hari ini (Selasa, 2/1), Demiz kembali bercicit. "Ini /tweet terakhir saya sebelum Ustaz HNW ngajak ngopi. Setelah saya renungkan kembali, beberapa twit terakhir dari saya, tampaknya lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya," ujar Demiz, Selasa (2/1).

Berikut isi, ciutan Demiz:

Barangkali Yth Ustaz HNW karena hubungan kita cukup dekat jadi menganggap saya sebagai kader PKS-alhamdulillah. Sehingga ketika saya masuk PD, terjadi mispersepsi hehe. Semua masalah memang biasanya hanyalah masalah komunikasi saja.

Saya kira Pilgub Jawa Barat hendaknya menjadi pesta demokrasi yang lebih santun dan elegan, serta nanti ada masanya kita adu gagasan untuk Jawa Barat yang lebih maju. Dan saya percaya PKS dan Ustaz HNW adalah orang-orang yang dapat menunjukkan kesantunan itu.

Kepada seluruh netizen, mohon maaf jika sudah menimbulkan kegaduhan dan kepada ustaz HNW yg jd kerepotan. Saya sudahi perdebatan ini, mari kita awali hari pertama di tahun 2018 ini dengan membuka lembaran baru yang lebih baik, yang lebih menekankan silaturahmi antar kita semua.

Terima kasih juga untuk netizen yang sudah mengingatkan saya, dan jangan pernah sungkan untuk memberi reminder buat saya. Dengan yth. ustaz @hnurwahid insyallah silaturahmi kami baik, barangkali hanya perlu ngopi bareng kembali hehe. Sebab katanya, bersama secangkir kopi hangat itu, kasih sayang antar manusia bisa terjalin hehe.

Presiden PKS Sohibul Iman pun mengungkapkan persoalan Demiz-HNW sudah selesai. "Tadi juga komunikasi, nanti malam ngopi. Awalnya, beliau (Demiz) ngadunya ke saya, Pak Presiden ada apa ustaz Hidayat begini," kata Sohibul menirukan curhatan Demiz, Selasa (2/1).

Pelajaran berharga

Kasus perdebatan antara Demiz dan HNW ini boleh bisa menjadi pelajaran berharga bagi dunia politik di Tanah Air. Pilihan politik, warna ideologi, dan visi misi boleh berbeda tajam. Tetapi, hubungan yang hangat dan penyelesaian konflik dengan santun harus dikedepankan.

Banyak warganet yang mendesak keduanya untuk segera menyelesaikan konflik ini secara baik-baik. Mereka meminta Demiz dan HNW memberikan pelajaran berharga agar menjadi contoh baik bagi kehidupan politik bangsa. Apalagi, saat ini ada perbedaan tajam di antara keduanya terkait Pilgub Jabar 2018.

"HNW dan Demiz telah menunjukkan perilaku politik yang sehat dan cerdas. Beda tajam boleh tetap harus diselesaikan dengan baik," komentar satu warganet.

Warganet lain mengajak politisi lain untuk menyelesaikan perbedaan dengan cara santun tanpa harus memperkeruh suasana seperti dengan memainkan pasukan siber. Jika elite berpolitik secara santun maka rakyat pun akan lebih santun lagi.

Semoga moral politik masih menjadi pijakan jagad politik di Indonesia. Apalagi di tahun yang begitu 'ekstrem' dan 'panas' ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement