REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Jembatan di tempat wisata Penangkaran Rusa Cariu, Desa Sirnarasa, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, ambruk pada Senin (1/1) sore kemarin. Sempat terdengar suara derikan sebelum peristiwa yang menewaskan satu orang itu terjadi.
Salah seorang saksi mata, Riyadin (43 tahun), mengaku sempat mendengar suara derikan yang diperkirakan datang dari rangka besi sebagai penyangga jembatan.
Saat itu Riyadin tengah berada di ujung jembatan yang mengarah ke penangkaran rusa. Sekira 10 menit setelah suara itu terdengar, jembatan di hadapannya pun ambruk bersama dengan puluhan wisatawan yang tengah melintas.
"Saya kaget dan bengong dulu beberapa detik karena kejadiannya cepat," ucapnya saat ditemui Republika.co.id di lokasi kejadian, Selasa (2/1).
Jembatan gantung sepanjang 44 meter ini menjadi satu-satunya akses utama wisatawan menuju ke penangkaran rusa. Jembatan memiliki lebar kurang lebih satu meter dengan ketinggan 2,5 meter dari atas Sungai Cipamingkis.
Bersama dua anak dan istri, Riyadin sebenarnya dalam posisi hampir menyeberang dari penangkaran menuju hulu jembatan. Tapi, niatan itu dibatalkan karena sang anak tiba-tiba menangis kencang, seperti enggan naik jembatan. Baru, setelah itu, Riyadin mendengar suara derikan.
Riyadin yang merupakan warga Desa Sinarasa menduga, penyebab utama jembatan ambruk adalah karena kelebihan kapasitas. Pada papan pemberitahuan di dekat pintu masuk jembatan, tertulis kapasitas jembatan hanya mampu membawa 10 orang.
Sedangkan, Riyadin mengatakan, sore itu, sekira 30an orang melintas secara bersamaan.
"Memang ramai kemarin itu. Mungkin karena libur panjang, jadi orang-orang berbondong ke sini," ucap warga asli Desa Sinarasa itu.
(baca: Jembatan Penangkaran Rusa di Bogor Ambruk, 1 Tewas)
Riyadin menjelaskan, keramaian wisatawan pada saat kejadian memang lebih tinggi dibanding hari biasa. Dibanding dengan jumlah petugas, jumlah pengunjung penangkaran rusa berkali-kali lipat lebih banyak.
Sebelum kejadian, ia melihat hanya ada tujuh petugas yang berjaga di pintu masuk kedua sisi jembatan.
Dengan keterbatasan tenaga itu, Riyadin tidak menampik bahwa menghalau wisatawan melintas jembatan bukan pekerjaan mudah. "Apalagi memang sudah sore, orang-orang ingin pulang," ucap warga asli Desa Sinarasa itu.
Camat Tanjungsari, Ahmad Kosasih, menjelaskan, Penangkaran Rusa Cariu merupakan satu-satunya destinasi wisata di Kecamatan Tanjungsari. Tiap akhir pekan ataupun libur panjang, kawasan di bawah kepengelolaan Perhutani ini selalu dipadati pengunjung.
Kosasih mengatakan, pada saat kejadian, setidaknya 800 wisatawan keluar masuk penangkaran rusa. Jumlah tersebut hampir 10 kali lipat lebih banyak dibanding dengan akhir pekan. Saking penuhnya, area parkir diperluas sampai atas, dekat jalan raya, ucapnya.
Selama puluhan tahun tinggal di Tanjungsari, Kosasih menjelaskan, jembatan bambu tersebut sudah berdiri sejak 1994. Tapi, ia sendiri tidak memahami terkait perawatan dan pemeliharaan jembatan. Sebab, semua pengelolaan dipegang oleh Perhutani.