Selasa 02 Jan 2018 14:53 WIB

2018, Kereta LRT Pertama Melintas di Sumsel

Rep: Maspril Aries/ Red: Agus Yulianto
Menhub Budi Karya Sumadi meninjau pembangunan jaringan kereta ringan atau light rail transit (LRT) di Palembang,  yang menghubungkan dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin (SMB) II ke Jakabaring.
Foto: Republika/Maspril Aries
Menhub Budi Karya Sumadi meninjau pembangunan jaringan kereta ringan atau light rail transit (LRT) di Palembang, yang menghubungkan dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin (SMB) II ke Jakabaring.

REPUBLIKA.CO.ID, 2018 Akan menjadi tahun yang fenomenal bagi Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Di provinsi ini tepatnya di Kota Palembang, akan menjadi tempat penyelenggaraan Asian Games XVIII – 2018 bersama Jakarta. Pesta olahraga atlet dari 45 negara yang ada di benua Asia.

Asian Games XVIII memang fenomenal. Namun ada yang lebih fenomenal lagi di Sumsel. Di provinsi ini, akan melintas moda transportasi modern yaitu kereta api ringan atau sering disebut Light Rail Transit (LRT). Di Indonesia, ada tiga kota saat ini yang tengah dibangun moda transportasi LRT, yakni di Palembang, Jakarta, dan Jabodetabek. 

Di antara tiga proyek LRT tersebut, di Sumatera Selatan tepatnya di Kota Palembang akan menjadi kota pertama di Indonesia yang dilintasi kereta api ringan atau LRT dari dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II sampai ke Jakabaring sepanjang 23,4 km.

Gubernur Sumsel Alex Noerdin pada berbagai kesempatan berulangkali mengatakan, Palembang sebagai ibukota Bumi Sriwijaya akan memiliki LRT pertama di Indonesia. Kereta LRT akan melintas kota Palembang bersamaan pada pelaksanaan Asian Games XVIII yang akan berlangsung Agustus 2018.

Menurut Alex Noerdin, traffic jam di Palembang deadlock 2018 dan kemungkinan macet total terjadi pada 2019. “Prediksi itu bisa dicegah jika ada intervensi lalu lintas dengan penyediaan infrastruktur dan sarana transportasi massal. Harus ada angkutan massal LRT ditambah dua jembatan Musi, fly over dan underpass,” katanya.

Berdasarkan data Dinas Perhubungan Sumsel, dari 11 jalan utama atau protokol yang ada di Palembang luasnya 161.000 m2 dengan kapasitas 17.679 unit. Pada 2019 diperkirakan volume kendaraan perjam atau satuan mobil penumpang (SMP) di 11 ruas jalan tersebut mencapai 83.027 unit kendaraan. Atau masuk kategori macet.

11 Ruas jalan tersebut adalah Jalan Kapten A Rivai, Jalan Srijaya Negara, Jalan Demang Lebardaun, Jalan Basuki Rachmat, Jalan R Sukamto, Jalan Mayor Zen, Jalan RE Martadinata, Jalan Yos Sudarso, Jalan Veteran dan Jalan Jendral Sudirman. Untuk mengatasi kemacetan tersebut maka pembangunan LRT menjadi solusinya.

Bak gayung bersambut, kebutuhan transportasi massal tersebut mendapat respon dari pemerintah. Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) 116/2015 dan Perpres 55/2016 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan (LRT) di Provinsi Sumatera Selatan.

Dalam Perpres 116/2015 menyebutkan pembangunan LRT tersebut untuk meningkatkan pelayanan publik yang baik dibidang untuk mendukung pembangunan di Sumatera Selatan dan mendukung pelaksanaan Asian Games 2018.

Perpres juga menugaskan BUMN PT Waskita Karya Tbk membangun prasarana kereta api ringan atau LRT yang meliputi jalur, termasuk konstruksi jalur layang, stasiun dan fasilitas operasi lainnya. Pembangunan LRT tersebut pendanaannya berasal dari APBN multi year contract 2016 – 2018.

Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan lalu membangun jalur LRT di Palembang sepanjang 23,4 km dengan 13 stasiun dan depo. Kehadiran LRT akan mengurangi kemacetan lalu lintas karena shifting atau pergeseran dari jalan ke LRT sebesar 50 persen. Sekaligus memperpendek waktu tempuh dari Bandara SMB II - Jakabaring Sport Center yang semula 1,5 - 2 jam melalui jalan darat menjadi 45 menit menggunakan LRT.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang meninjau pembangunan LRT di Palembang pertengahan Desember 2017 menginginkan uji coba LRT di Palembang sudah bisa dilakukan pada Pebruari atau Maret 2018. “Target Maret, namun jika bisa Februari 2018 sudah uji coba dengan beberapa gerbong saja. Perlu uji coba lebih cepat,” katanya,  Ahad (12 Desember 2017).

Apa arti kereta LRT bagi Kota Palembang? Apakah hanya untuk transportasi selama pelaksanaan Asian Games yang akan berlangsung 18 Agustus – 2 September 2018?

Gubernur Alex Noerdin menjawab, LRT adalah jawaban mengantisipasi kemacetan di kota Palembang. Menurut Alex Noerdin, lalu lintas di Palembang pada 2019 akan macet total. “Nanti baru keluar rumah mobil sudah tidak bergerak karena macet. Palembang butuh moda transportasi massal yang nyaman dan modern, kereta LRT menjadi pilihan,” ujarnya.

Sampai menjelang tutup tahun 2017, saat melakukan peninjauan pertengahan Desember lalu, menurut Menhub Budi Karya Sumadi, pekerjaan pembangunan LRT di Palembang sudah terealisasi 77,315 persen.

Kelak keberadaan kereta LRT di Palembang tidak sekedar mengurangi kemacetan dan mempersingkat waktu tempuh. Dalam sebuah diskusi kupas tuntas LRT Palembang, Yayat Supriyatna pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti mengatakan, embangunan LRT Palembang merupakan revolusi transportasi metropolitan.

"Palembang adalah kota pertama di Indonesia yang akan memiliki LRT. Kota ini juga akan menjadi menjadi pusat perhatian Asia dan dunia karena Asian Games ada di sini,” katanya

Menurut dia, kehadiran kereta LRT akan meningkat city branding atau citra kota yang sebelumnya telah ada Jembatan Ampera, Sungai Musi, Kota Asian Games, pempek dan kini public transport modern atau LRT. Selain itu daya saing Palembang meningkat sebagai kota yang bebas dari kemacetan karena transportasi publik semakin baik,” katanya.

Menurut Yayat Supriyatna, pada banyak kota-kota di dunia, event dunia seperti olahraga menjadi awal revolusi transportasi dan rekonstruksi pembangunan seperti Seoul, Tokyo, Beijing saat menjelang Asian Games dan Olimpiade. “Kini itu tengah terjadi di Palembang,” ujar staf pengajar Teknik Planologi Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti.

Namun, Yayat Supriyatna mengingatkan, tantangan yang dihadapi pasca beroperasinya kereta api ringan atau LRT di Palembang. “Tantangannya adalah bagaimana memanfaatkan perubahan  dan pembangunan infrastruktur dasar ini menjadi momen menuju Palembang sebagai kota internasional,” katanya.

Setelah semua sarana kereta LRT selesai dibutuhkan gerbong kereta pengangkut penumpang. Kereta api ringan di Palembang akan menggunakan gerbong produk dalam negeri yang diproduksi PT INKA. “Gerbong ini baru pertama kali diproduksi PT INKA,” kata Alex Noerdin.

Untuk operasional kereta LRT di Palembang menurut Menhub Budi Karya Sumadi oleh PT Kereta Api Indonesia. “Tarif LRT Palembang akan dipatok Rp5.000 dengan skema subsidi dan untuk Palembang. Tarif sama dengan angkutan kota, karena jika tidak maka masyarakat tidak akan mau pindah ke LRT,” ujarnya.

Setelah kereta api ringan atau LRT di Palembang beroperasi Budi Karya Sumadimengharapkan, pembangunan LRT bisa jadi inspirasi bagi daerah lain. “Proyek light rail transit sebagai bukti komitmen pemerintah membangun Indonesia. Sekaligus menjadi inspirasi atau contoh moda transportasi angkutan massal yang terencana bagi daerah lain,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement