REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, berkunjung ke Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Yogyakarta. Kedatangan Menlu diterima langsung Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. Menlu datang didampingi Wakil Menteri Luar Negeri, Abdurrahman Mohammad Fachir. Sedangkan, Ketum Muhammadiyah didampingi ketua-ketua lain seperti Yunahar Ilyas, Dahlan Rais, dan Siti Noordjannah Djohantini.
Usai pertemuan, Menlu mengatakan, silaturahim ini merupakan pertemuan yang sifatnya reguler dilakukan untuk meminta masukan untuk kebijakan politik luar negeri. Terutama, lanjut Retno, yang menyangkut kepentingan umat. Ia menekankan, Kemenlu sudah lama bekerja sama dengan Muhammadiyah. Contohnya ketika muncul krisis kemanusiaan di Rakhine State. Menurut Retno, Kemenlu dan Muhammadiyah saling membantu untuk memberikan bantuan kemanusiaan.
"Kita juga bertukar pikiran mengenai isu Yerusalem," kata Retno, Jum'at (29/12).
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan, kedatangan Menlu untuk menyampaikan langkah-langkah diplomasi dan kebijakan pemerintah Indonesia. Terutama, demi menggalang dunia Islam, khususnya negara-negara OKI.
"Dalam hal ini Muhammadiyah mendukung, mem-back up, memberi apresiasi tinggi langkah Indonesia yang sangat tegas, berani dan justru menjadi pelopor dalam menolak keputusan sepihak Trump," ujar Haedar.
Selain pimpinan-pimpinan PP Muhammadiyah, pertemuan diikuti Sekretaris Agung Danarto, Bendahara Marpudji, Ketua Majelis Tabligh Fatkhurohman Kamal, dan Ketua Majelis Dikti-Litbang Lincolin Arsyad. Palestina jadi topik utama dari pertemuan tertutup tersebut.