Revitalisasi TPA Suwung juga menjadi bagian dari persiapan Konferensi Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank) di Bali pertengahan Oktober 2018. Sudikerta mengatakan TPA Suwung akan ditangani dalam dua proyek, yaitu sanitary landfill management dan waste to energy.

 

"Pengerjaan proyeknya akan dilakukan cepat menggunakan teknologi paling efektif dan efisien, sehingga selesai pertengahan tahun depan," kata Sudikerta, Jumat (29/12).

 

TPA Suwung, kata politisi Partai Golkar ini juga dipersiapkan sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Fungsi taman hutan rakyat seluas 22,4 hektare juga dikembalikan sehingga kualitas hidup masyarakat sekitar serta kualitas air permukaan di Bali kian membaik.

 

"Ini juga bisa menjadi kawasan wisata baru," kata Sudikerta.

 

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Bali, I Nyoman Astawa Riadi mengatakan konsep pengelolaan sampah di Suwung sebetulnya sudah dimulai 1984. Pada 2005, konsep sampah disulap menjadi tenaga listrik dengan sistem pengelolaan yang mampu menghasilkan 0,9 mega watt (MW) listrik diajukan, namun gagal.

 

Luas TPA Suwung mencapai 32,4 ha melayani empat kabupaten kota di Bali, yaitu Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan. Suwung bisa menampung seribu ton sampah per hari. "Konsep ini belum dioptimalkan sehingga timbunan sampah yang menggunung mengganggu estetika," katanya.

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan beberapa waktu lalu telah melaksanakan groundbreaking proyek revitalisasi TPA Suwung di Denpasar. Bali berbenah diri sebagai tuan rumah IMF-World Bank Annual Meeting 2018. Pemerintah juga membangun infrastruktur penunjang, seperti underpass Simpang Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Ikuti Whatsapp Channel Republika