REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso mengungkapkan alasan mengapa Pemprov Jatim tenang-tenang saja, meski kasus penyakit difteri di 2017 tertinggi di seluruh Indonsia. Ketenangan tersebut tiada lain karena Jatim pernah menorehkan catatan lebih buruk di 2012 dengan 762 kasus penyakit difteri dan menyebabkan 29 penderita meninggal.
"Ada 339 kasus difteri di 2017 ada di Jawa Timur. Tapi Jawa Timur kok tenang-tenang saja? Iya karena kami sudah pernah tidak tenang, waktu tahun 2011-2012 karena lonjakannya tinggi sekali," kata Kohar di Jalan Karang Manjangan Nomot 20, Gubeng, Surabaya, Kamis (28/12).
Ditambah lagi, 339 kasus penyakit difteri di Jatim tahun ini masih lebih rendah dibanding catatan tahun sebelumnya. Pada tahun sebelumnya di Jatim tercatat sebanyak 352 kasus penyakit difteri dengan 7 penderita diantaranya meninggal dunia.
Kohar melanjutkan, demi menekan kasus penyakit difteri, saat ini Pemprov Jatim juga telah menggelar program Outbreak Response Immunization (ORI). Hanya saja, gelaran program teraebut dilakukan secara terbatas. "Kita sifatnya localize (membatasi). Jadi di mana ada yang sakit, maka sekitarnya kita lakukan ORI," ujar Kohar.
Pembatasan tersebut, lanjut Kohar, dilakukan lantaran keterbatasan anti difteri serum (ADS) dan vaksin yang tersedia di Jatim. Kohar menyatakan, jika ketersediaam anti difteri serum (ADS) dan vaksin di Jatim sudah memadai, Pemprov Jatim sudah pasti menyatakan perang total untuk memerangi penyakit difteri.
"Karena kan katanya kalau perang itu harus melihat musuhmu berapa, kekuatannya berapa. Nah, karena kita lihat kekuatannya ternyata ADS demikian juga dengan vaksin tidak cukup banyak. Pada posisi jika nanti vaksinnya cukup maka kita akan perang total untuk difteri se-Jawa Timur. Saat ini kami sedang berhitung lagi amunisinya cukup apa enggak," ujar Kohar.
Selama tahun 2017, di Indonesia terdapat sekitar 622 kasus, dimana 32 diantaranya meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, Jatim menjadi penumbang angka tertinggi dengan catatan 339 kasus diaman 12 penderita diantaranya meninggal dunia.