Kamis 28 Dec 2017 05:06 WIB

Krisis Air Menghantam Saat Petani Kasemen Masuki Masa Tanam

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Andri Saubani
Sejumlah warga mengantre untuk mendapat giliran pembagian air bersih dari petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Serang di Kampung Manggorong, Kasemen, Serang, Banten, Kamis (7/9).
Foto: Antara/Weli Ayu Rejeki
Sejumlah warga mengantre untuk mendapat giliran pembagian air bersih dari petugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Serang di Kampung Manggorong, Kasemen, Serang, Banten, Kamis (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- November yang menjadi bulan cocok tanam di Kasemen, Kota Serang tiba-tiba malah menjadi petaka karena kurangnya air irigasi. Warga yang mayoritas petani bingung terhadap apa yang sebelumnya belum pernah terjadi di wilayah mereka.

Salah seorang warga petani, Kodiman (50) mengatakan, sebelumnya belum pernah terjadi krisis irigasi di wilayah Kasemen. "Tidak, air selalu ada setiap tahun, tapi bulan ini tidak ada," ujar dia saat ditemui Republika di Kasemen, Rabu (27/12).

Awalnya, warga curiga perusahaan air minum PT Sauhbahtera Samudera (SBS) sebagai penyebab kurangnya pasokan air irigasi untuk mengairi sawah mereka. General Manager Plan PT SBS Djoko menjelaskan, pihaknya sudah mengantongi izin dan telah melakukan penyerapan air sesuai dengan prosedur yang baik. Penyedotan yang dilakukan PT SBS dari air irigasi, lanjut dia, merupakan tindakan legal yang sudah sesuai dengan aturan hukum.

Kendati demikian, Djoko mengaku akan mengubah sumber air seperti selama ini dilakukan dengan hanya melakukan penyedotan air dari aliran Sungai Ciujung melalui saluran pipa, sehingga tidak lagi bergantung pada Sungai Ciujung dan Cibanten.

"Terus terang kami lelah dituding seperti ini terus. Oleh karena itu, kami ganti sekalian sumber airnya," kata dia.

Setelah ditelusuri hingga hilir, adanya proyek normalisasi saluran irigasi Pamarayan sebelah barat menjadi bagian dari penyebab keringnya saluran irigasi. Kepala UPT Bendungan Pamarayan, Hermanto mengatakan, proyek yang akan memakan waktu sekitar 6 bulan atau sejak Desember 2017-Mei 2018 tersebut berjalan, saluran air dari Bendungan Pamarayan ke beberapa kecamatan akan dilakukan buka tutup.

"Jadi, sampai Mei atau sekitar setengah tahunan," kata Hermanto.

Hermanto menjelaskan, perbaikan saluran irigasi sebelah barat tersebut dikarenakan adanya tanggul yang longsor atau ambles. Selain itu, sedimentasi lumpur di saluran irigasi yang cukup tinggi mengakibatkan suplai air dari bendungan selama ini menjadi tidak lancar.

"Jika diberikan saluran air sesuai dengan SOP dikhawatirkan air tidak dapat tersalurkan dengan baik karena mengalami luber akibat pendangkalan. Itu kenapa kami hanya menyalurkan sebanyak 12 kubik per detik yang seharusnya 23 kubik per detik," ujar dia.

Selama proses normalisasi tersebut berjalan, kata Hermanto, saluran air akan dihentikan sementara dan sistem buka tutup akan terus dilakukan. "Dampaknya sampai ke ujung juga bertahap. Makanya, pada kosong dikarenakan buka tutup selang 10 hari, kata dia.

Penyebab kosong air di irigasi diakibatkan ada perbaikan normalisasi saluran irigasi tersebut. "Sebenarnya hal ini bukan kesalahan perusahaan air, tetapi karena kesiapan infrastruktur di wilayah sini," ujar Hermanto mengakhiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement