Rabu 27 Dec 2017 20:21 WIB

Menkes Sebut 1.200 Serum Antidifteri Tersedia

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Winda Destiana Putri
Pekerja menunjukan vaksin yang mengandung komponen difteri sebelum didistribusikan, di Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pekerja menunjukan vaksin yang mengandung komponen difteri sebelum didistribusikan, di Bandung, Jawa Barat, Senin (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyebut sebanyak1.200 ADS atau Anti Difteri Serum telah tersedia. Serum ini akan diberikankepada para pasien yang menderita difteri.

Ia menjelaskan, saat ini Bio Farma memiliki 700 vial antidifteri serum. Sedangkan, sebanyak 500 vial ADS yang merupakan bantuan dari India juga telah diterima.

"Sudah. kami sudah dapat bantuan dari India. Kita impor (juga). PT Bio Farma masih ada 700 vial terus kemarin datang dari India 500 dan akan datang lagi. Itu pemberian dari WHO. Yang baru dari India," jelas Nila di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Raby (27/12).

Ia memastikan, pemerintah masih akan melakukan impor serum dan akan digunakan sebagai stok cadangan. Belum digunakan dulu, kita simpan. Kita kan juga masih punya simpanan," tambahnya.

Lebih lanjut, Nila menegaskan, penanganan difteri harus dilakukan melalui imunisasi. Karena itu,ia mengatakan pentingnya kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi.

"Saat ini, imunisasi diberikan di tiga provinsi yang mencakup sekitar 50 persen anak yakni di Jakarta, Banten, dan juga Jawa Barat. Kendati demikian, ia menekankan, imunisasi masih akan dilanjutkan hingga provinsi-provinsi lainnya."

"Cakupannya baru mulai yang untuk tiga provinsi ini, kita mulai mencakup sekitar 50 persen. Ini kita teruskan, ini bukan berhenti, nanti terus sampai provinsi-provinsi yang lain," tambah dia.

Kemenkes pun terus meminta PT Bio Farma untuk memproduksi vaksin difteri. Dalam rapat terbatas terkait penanganan difteri sore ini di Istana Kepresidenan Bogor sore ini, lanjut dia, Presiden pun memerintahkan untuk terus melanjutkan penanganan dan langkah yang telah dilakukan.

Lebih lanjut, Nila juga meminta bantuan dari Menteri Agama untuk mensosialisasikan imunisasi difteri kepada seluruh masyarakat. Sebab, hingga saat ini masih ada penolakan dari sejumlah masyarakat untuk melakukan imunisasi sehingga dapat merugikan masyarakat lainnya.

"Tadi tentu ada kemenag, saya minta tolong tidak ada penolakan, jadi kalau sudah ada memang wabah, KLB seperti ini, mau enggak mau kita harus lakukan. Jadi tidak boleh ditolak," kata Nila.

Menurut dia, kasus difteri yang paling banyak muncul yakni di daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta, dan juga Banten, serta Aceh dan Sumatera Barat. Tingginya kasus yang muncul, lanjutnya, juga disebabkan oleh padatnya populasi di suatu daerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement