Rabu 27 Dec 2017 09:24 WIB

Geng Motor di Depok Menjarah Toko dan Ancam Warga Sekitar

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Andri Saubani
Puluhan pemuda anggota geng motor Jembatan Mampang (Jepang) menunggu pemeriksaan urine seusai penangkapan di Polresta Depok, Jawa Barat, Senin (25/12).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Puluhan pemuda anggota geng motor Jembatan Mampang (Jepang) menunggu pemeriksaan urine seusai penangkapan di Polresta Depok, Jawa Barat, Senin (25/12).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Keberadaan geng motor Depok memang selalu meresahkan masyarakat. Mulai dari begal hingga penjarahan yang terjadi baru-baru ini. Pasalnya, mereka bukan hanya mengancam korbannya tetapi mereka juga mengancam warga setempat yang hendak menolong.

Alih-alih bukannya takut dengan warga setempat yang hendak menolong, para anggota geng motor ini justru malah mengancam balik warga yang hendak melarangnya. Bahkan, mereka tidak-tidak segan menodongkan senjata tajam dan bisa saja melukai jika ada perlawanan.

Chandra (27) yang merupakan pemilik toko pakaian Fernando di Jalan Sentosa Raya, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, tokonya itu baru saja dijarah, dan warga yang hendak menolong diancam.

"Mereka mengetahui anggota geng motor itu banyak dan membawa senjata tajam, akhirnya mereka takut dan masuk lagi (ke dalam rumah/toko masing-masing). Setelah selesai kejadian, warga baru keluar dan bantu," jelas Chandra saat ditemui Republika di tokonya, Selasa (26/12).

Menurut dia, saat kejadian di waktu subuh itu, apalagi hari Ahad, jalanan di depan tokonya pasti ramai. Karena di Jalan Juanda dan Jalan Merdeka ada bazaar mingguan. Sempat beberapa warga yang lewat ingin menolong, dan ada tetangga-tetangga sempat mau keluar, namun sudah diancam.

Jangankan warga lainnya, Chandra sendiri pun mungkin akan berpikir ulang untuk melawan geng motor yang membawa clurit dan berjumlah hingga 90 orang itu. Warga memang ada saja yang hendak menolong, tapi ya karena geng motor itu ramai, warga urung.

Saat mereka hendak menjarah tokonya, mereka memarkir motor sesuka hati mereka di tengah jalan, dan diperkiraan Chandra, jumlah perempuannya bisa mencapai lebih dari 10 orang. Namun ia menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk usut tuntas kasus geng motor Depok.

"Sebagai korban yang dirugikan, saya ingin ini diusut tuntas. Kalau masalah toko saya buka 24 jam, bukan saya saja, banyak ya disekitar sini toko yang buka 24 jam. Ada di ujung sana toko baju juga, warung kopi, warteg, dan lainnya," jelas dia.

Bahkan, lebih lanjut Chandra menjelaskan, sebelum menjarah ke tempatnya, mereka sudah menjarah ke tempat lain. Dalam CCTV terlihat tabung gas tiga kilogram tergeletak dijalan karena mereka bawa, lalu mereka juga melempar penjaga toko menggunakan dus. Dus tersebut berisi makanan ringan dan minuman botol.

Chandra tidak setuju jika anggota geng motor Depok itu disebut sebagai anak di bawah umur. Ini karena perilaku mereka brutal, dalam keadaan mabuk entah miras atau narkoba, dan itu bukan perilaku seorang anak kecil.

"Ya mungkin karena mereka nggak punya KTP kan, jadi saat ditanya mana KTP-nya lalu mereka bilang tidak ada dan mengatakan umur mereka 17 tahun. Jadi lebih baik diteliti lagi lah 17 tahunnya mereka, di bawah umur atau apalah, karena itu kan bikin kita was-was juga," kata pria berdarah Sumatra itu.

Sebelumnya diberitakan, sebuah geng motor melakukan penjarahan terhadap beberapa toko yang ada di sepanjang Jalan Sentosa Raya, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Kejadian tersebut terjadi pada Ahad (24/12) sekitar pukul 04.30 WIB.

Kepolisian telah mengamankan 24 orang yang diduga sebagai pelaku di dua lokasi penangkapan, pertama 17 orang di kontrakan wilayah Pitara, Depok. Sembilan pelaku lainnya di bengkel wilayah Mampang, Depok. Para pelaku ditangkap sekitar pukul 18.30 WIB pada hari yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement