REPUBLIKA.CO.ID, KLUNGKUNG -- Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Prof Din Syamsuddin berdialog bersama 150-an tokoh lintas agama se-Bali di Puri Den Bencingah, Klungkung, Bali pada Jumat (22/12). Dia berpesan agar harmoni antarumat beragama di Pulau Dewata Bali tetap terpelihara. Sebab, setitik noda konflik di Bali akan mudah tersebar luas ke penjuru dunia.
Prof Din mengatakan, UKP-DKAAP memandang penting Bali. Karena di pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini terdapat komunitas agama-agama lain yang cukup signifikan dan telah hidup berdampingan secara damai sejak lama.
"Sebagai tujuan wisata utama dunia, Bali selama ini dikenal di dunia dengan derajat kerukunan yang cukup tinggi," kata Prof Din melalui keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (24/12).
Dalam dialog lintas agama se-Bali tersebut hadir tuan rumah, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet sebagai Ketua FKUB Bali dan Ketua Umum Asosiasi FKUB se-Indonesia. Juga hadir Ketua Umum Parisade Hindu Dharma Indonesia, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya.
Serta dihadiri para pimpinan majelis-majelis agama seperti MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi dan MATAKIN. Hadir juga PWNU, PW Muhammadiyah dan para aktivis perempuan dan pemuda lintas agama Bali.
Prof Din mengapresiasi terhadap tingginya rasa saling pengertian antara umat Hindu dan umat agama-agama lain di Bali, yang bahkan terjadi pada tingkat desa di beberapa tempat di Bali. Hal ini merupakan modal dasar penting yang harus dipelihara dengan baik terutama terhadap upaya segelintir orang yang berwawasan sempit dan eksklusif yang cenderung memecah belah masyarakat.
"Maka, dialog adalah jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan masalah yang ada. Kita semua harus meyakini dan menerapkan jalan dialog," ujarnya.
Prof Din yang juga pendiri Inter Religious Council (IRC) Indonesia menyampaikan, dialognya harus bersifat dialogis. Yakni berlangsung atas asas ketulusan, keterbukaan dan keterusterangan untuk penyelesaian masalah.
Antara agama-agama jelas ada perbedaan, tapi juga banyak persamaan. Dialog antar agama tidak bertujuan untuk menyamakan perbedaan-perbedaan itu, tapi juga tidak untuk membedakan persamaan-perbedaan yang ada.
"Yang penting, walau kita berbeda agama namun kita bersaudara, baik sebagai anak bangsa maupun sebagai anak manusia ciptaan Tuhan," ujarnya.
Prof Din yang juga sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat mengatakan, bangsa Indonesia perlu terus menerus mengacu kepada Pancasila yang merupakan kesepakatan para pendiri bangsa dari berbagai golongan dan agama. Umat beragama tidak perlu ragu-ragu terhadap Pancasila.
"Karena nilai-nilai dalam Pancasila bersesuaian dengan agama. Karenanya, Pancasila adalah titik temu pandangan umat berbagai agama," ujarnya.
Sebelumnya, Ida Penglengsir Agung Putra Sukahet menyambut baik kedatangan utusan khusus presiden ke Puri Den Bencingah di Klungkung. Ida menjelaskan, kerukunan adalah keharusan dalam kehidupan bangsa dan musyawarah adalah keharusan untuk kerukunan.
Kemudian, dialog lintas agama bersama para tokoh lintas agama dan adat berlangsung akrab dan terbuka. Sejumlah wakil dari agama-agama secara bergantian memberi tanggapan positif dan menyambut baik ajakan untuk meningkatkan kerukunan dan dialog dalam menyelesaikan masalah.