REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto diharapkan dalam proses revitalisasi dan restrukturisasi kepengurusan partai, betul-betul merepresentasikan berbagai latarbelakang, termasuk soal gender yakni perihal keterwakilan perempuan. Terutama dalam posisi jajaran pengambil keputusan.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Hetifah Sjaifudian mengatakan, meski selama ini Golkar tetap berkomitmen terhadap kuota keterwakilan perempuan yakni 30 persen di kepengurusan tingkat Dewan Pimpinan Pusat, namun hal itu tidaklah cukup. Terutama dalam jajaran pengambil keputusan.
"Dalam jajaran pengambil keputusan tertinggi belum terepresentasikan secara optimal dan umumnya perempuan terkonsentrasi pada bidang dan posisi yang kurang strategis," kata Hetifah kepada wartawan pada Kamis (21/12).
Karenanya ia meminta hal tersebut perlu dicermati oleh ketua umum yang baru dikukuhkan dalam musyawarah nasional luar biasa Golkar, Airlangga untuk dimasukkan dalam kepengurusan partai.
Hetifah juga menyampaikan bahwa kader-kader perempuan terbaik Golkar akan mampu menyukseskan dua agenda politik ke depan yaitu Pilkada 2018 dan Pemilu Serentak 2019.
"Ini kan dalam rangka memperkuat peran perempuan Golkar mewujudkan Golkar bersih, bangkit untuk Indonesia sejahtera, serta menyukseskan Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu Serentak 2019. Saya kira perempuan Golkar sudah siap semua. Pak Ketum (Airlangga) pasti akan cukup terbuka," ujarnya.
Secara umum, ia juga menilai revitalisasi ideal sebaiknya sesuai dengan platform Partai Golkar yang terbuka dan mengedepankan gagasan dan karya. "Artinya sistem merit dan konsep PDLT (Prestasi, Dedikasi, Loyalitas, dan Tidak Tercela) harus ditegakkan dalam proses rekrutmen dan kaderisasi anggota," kata Hetifah.
Anggota Komisi II DPR itu pun berharap prinsip keterbukaan Golkar sebagai partai tengah hendaknya tercermin dalam penetapan jajaran pengurus yang tentu harus mengedepankan representasi. "Baik berdasar latar belakang sosial, gender, usia dan juga latar belakang profesinya," kata Hetifah.