REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Inspektur Jenderal Polisi Arman Depari memaparkan bagaimana 'wisata' para anggotanya, saat sambangi Diskotek MG untuk melakukan penggeledahan. Seperti diketahui, pekan ini BNN membongkar praktik produksi dan peredaran narkoba di diskotek yang terletak di Jakarta Barat itu.
Operasi mendatangi MG Club ini, ternyata menemukan hasil bahwa modus yang dilakukan oleh tempat hiburan tersebut merupakan modus baru. Pembuatan, peredaran, sampai penggunanya semua berada dalam satu atap.
"Tempat itu sangat rahasia dan sulit diketahui masyarakat. Tim kita sudah beberapa kali dan beberapa hari disana, tapi sangat sulit mendeteksi keberadaan barang yang ilegal tersebut," ujar Arman di Kantor BNN Cawang, Jakarta Timur, Kamis (21/12).
Arman memaparkan, pada Sabtu (16/12) lalu hingga Ahad (17/12) dini hari, BNN bersama dengan jajaran yakni BNNP DKI Jakarta, polisi dan dibantu aparat TNI, telah melakukan satu rangkaian operasi bersama. Operasi tersebut merupakan tindak lanjut operasi yang sudah diterima BNN dimana salah satu tempat hiburan MG Club yang diduga banyak menggunakan narkoba cair. "Maka kita razia. Saat razia, kita ada kesempatan untuk memeriksa seluruh ruangan di gedung berlantai empat itu," ujar Arman.
Ia mulai menceritakan bagaimana anggotanya yang melaksanakan razia, saat memasuki MG Club merasa alot. Dengan upaya baik secara persuasif dan keras akhirnya BNN bisa masuk. Dari 170 pengunjung yang diperiksa urinenya, 120 pengunjung terindikasi positif MDA (methylenedioxyamphetamine), di mana mereka 80 pria dan 40 wanita.
Dari kesempatan itu juga, anggota BNN yang melakukan razia memasuki ruangan di mana sebagian ruangan terkunci. Dan memang tempatnya itu tersembunyi, sehingga tim gabungan BNN melakukan upaya gabungan dan memecahkan kaca termasuk dengan masuk melalui internit dan genteng.
Salah satu ruangan di lantai dua BNN menemukan peralatan pembuatan narkoba, di lantai tiga gudang penyimpanan, dan lantai empat ada ruangan yang seolah-olah ruangan untuk bekerja. Di sana ada minuman ringan sampe minuman alkohol, serta ditemukan sebagian kecil bahan pembuatan narkoba.
"Karena mungkin terburu-buru (akibat digerebek), ada kompor dan listrik yang masih hidup. Ini indikasi mereka sedang aktif membuat narkoba, dalam tanda kutip memasak," papar Arman.
'Wisata' anggota BNN tidak sampai berhenti di situ, mereka juga menemukan kamar mandi cukup besar, yang tidak pada fungsi melainkan untuk membuang limbah dari lantai empat ke bawah. Sehingga bau dan aroma pembuatan narkoba cair MDA ini susah terdeteksi.
Dari keterangan tersangka, kamar mandi itu ditemukan barang-barang dan bahan kimia baik cair maupun padat, barang-barang itu berada di tabung distilasi. Bahan-bahan ini terkait dengan penemuan laboratorium gelap pembuatan narkoba.
"Tersangka adalah orang yang paling lama bekerja di tempat tersebut, dan operasi narkoba ini sudah berlangsung selama dua tahun hampir mendekati tiga tahun. Sementara diskotik ini sudah beroperasi sejak 2007," jelas dia.
Alasan mengapa agak sulit untuk mengungkap apa yang terjadi di dalam MG Club, Arman menjelaskan, mereka merupakan bentuk jaringan pengamanan yang rapi. Lokasi dikelilingi pagar tinggi, seluruh bangunan yang di dalam sama sekali tertutup, hanya ada satu jalan keluar masuk dan dijaga oleh petugas parkir yang juga keluarga pemilik. Sehingga situasinya sulit bagi petugas lapangan.
Di pintu masuk dikenakan biaya Rp 150 ribu per orang. Jika tidak ada uang, maka tidak bisa masuk, itupun pengunjung harus melalui pemeriksaan, pengunjung tidak boleh pakai sandal harus pakai sepatu.
Kalau tidak pakai sepatu maka harus disewa, dengan harga Rp 50 ribu untuk sekali sewa. Kemudian untuk tas maupun dompet harus dititipkan ke pihak keamanan dengan dikenai biaya Rp 20-50 ribu.
Jika sudah masuk ke dalam, maka tamu yang berminat pakai narkoba tidak bisa langsung beli, mereka harus membeli narkoba dengan menunjukkan kartu anggota. Setiap enam bulan, pelanggan harus memperpanjang keanggotaan dengan biaya Rp 600 ribu.
Untuk mendapatkan narkoba cair tersebut, pelanggan harus menunjukkan kartu tersebut, dan akan diverifikasi terlebih dahulu. Setelah itu, petugas pengecekan mendatangi kapten yang menjadi penghubung ke kurir, dan kurir jemput barang ke lantai empat.
"Dari sini terlihat betapa rumitnya, dan terlihat pengamana berlapis mereka. Dari tujuh tahun kita bisa pastikan mereka sudah lakukan transaksi narkoba cair," tutur Arman.