REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Ratusan pedagang di sejumlah pasar tradisional di Cianjur, Jawa Barat, menggelar aksi unjuk rasa menolak rencana alih kelola lahan parkir yang diserahkan ke pihak ketiga secara komersial. Bahkan, Ketua K5 di Pasar Cibeber, Cipanas, dan Pasar Induk Pasirhayam, sepakat untuk menggelar aksi penolakan dengan berbagai cara karena pengelolaan secara swasta tersebut akan memberatkan pembeli dan pedagang.
Ketua K5 Pasar Cipanas, Nicko Paris, pada wartawan, Kamis (21/12), mengatakan, rencana pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah dari parkir tersebut belum layak diberlakukan untuk pasar di Cianjur, termasuk Pasar Cipanas.
"Delapan ratusan pedagang di pasar ini akan menggelar aksi unjukrasa menolak rencana tersebut karena tidak layak diterapkan di pasar tradisional seperti di pasar modern," katanya.
Selama ini, kata dia, kontribusi dari lahan parkir pasar sudah terkelola dengan baik. Bahkan, terbilang cukup memberikan PAD untuk dinas terkait, sehingga pedagang dan pembeli yang memarkir kendaraan cukup merasa aman dan nyaman.
"Kalau dikormesilkan seperti mal, tidak hanya pembeli yang keberatan, kami pedagang sangat keberatan karena tidak ada yang berbelanja ke pasar akan memarkir kendaraan hanya dalam hitungan menit atau jam," katanya.
Ratusan pedagang di Pasar Cipanas mengancam akan melakukan aksi penolakan secara terus-menerus sampai dinas terkait di Pemkab Cianjur membatalkan rencana tersebut. "Kalau masih dilaksanakan, pedagang dan pembeli akan memarkir kendaraan di jalan utama Pasar Cipanas," katanya.
Hal yang sama dikeluhkan Ketua K5 Pasar Induk Pasirhayam, Ujang Koswara. Ujang mengatakan, alih kelola tersebut dinilai belum waktunya dilakukan di Pasar Induk Pasir Hayam.
"Biaya parkir dengan ketentuan perjam terus bertambah nilainya dikhawatirkan membuat pembeli semakin sepi karena berat di biaya parkir. Kalau diterapkan parkir secara profesional dengan alat dan sistem seperti di mal atau tempat lainnya, tidak akan cocok untuk pasar," katanya.