Selasa 19 Dec 2017 21:22 WIB

Diuji di Hutan Belantara, 56 Prajurit Lulus Pelatihan Taipur

Rep: Ita Nina Winarsih / Red: Irfan Fitrat
Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi menutup pendidikan dan pelatihan pengintaian dan pertempuran (Taipur) di Subdenharlat Kostrad, Desa Kertamanah, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (19/12).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi menutup pendidikan dan pelatihan pengintaian dan pertempuran (Taipur) di Subdenharlat Kostrad, Desa Kertamanah, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA — Sebanyak 56 prajurit pasukan Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dinyatakan lulus pendidikan dan pelatihan Pengintaian dan Pertempuran (Taipur). Kegiatan pendidikan dan pelatihan Taipur Gelombang Ketujuh ini ditutup di Subdenharlat Kostrad, Desa Kertamanah, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (19/12).

Komandan upacara penutupan pelatihan Taipur Gelombang Ketujuh, Letkol Inf Sumarlin Marzuki, mengatakan, tim Taipur dibentuk sejak 2001. Hingga kini sudah ada tujuh gelombang lulusan. Tahun ini ada 61 prajurit yang mengikuti pendidikan dan pelatihan. Namun, hanya 56 prajurit yang dinyatakan lulus. “Mereka dilatih selama tujuh bulan,” kata dia.

Menurut Sumarlin, selama berbulan-bulan para prajurit menjalani pendidikan dan pelatihan di tempat berbeda. Dimulai dari Cilodong, Bogor. Mereka kemudian dilatih di medan kawasan Gunung Sangggabuana, Karawang, hingga berakhir di kawasan Gunung Cakra, Sukasari, Purwakarta. Selama pelatihan, dari titik start sampai finis, para prajurit ini berjalan kaki merambah hutan belantara.

Penutupan pendidikan dan pelatihan Taipur ini dihadiri langsung Panglima Kostrad Letjen Edy Rahmayadi. Edy menilai, saat ini Indonesia membutuhkan lebih banyak satuan khusus di kemiliteran. Terlebih, kata dia, masih kerap muncul gejolak yang bisa mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut Edy, ancaman yang bisa memecah belah persatuan ini harus segera diminimalisasi. TNI, sebagai garda terdepan bangsa, kata dia, harus siap menghadapi potensi ancaman ini. Salah satunya dengan mendidik prajurit agar memiliki kemampuan memadai, yang ditunjang dengan pengetahuan dan teknologi. “Karena itu, Kostrad punya satuan khusus, yaitu pasukan pengintaian dan pertempuran,” kata dia kepada republika.co.id, seusai menutup kegiatan pendidikan dan pelatihan Taipur.

Edy mengatakan, Taipur merupakan divisi khusus di tubuh TNI AD. Menurut dia, prajurit yang masuk tim Taipur tak sembarangan. “Divisi Taipur ini harus bisa menyelesaikan misi. Salah satu misinya membawa pulang sandera dengan selamat. Jika ada sandera yang meninggal, meskipun hanya seorang, maka misi tersebut gagal,” ujar dia.

Karena itu, menurut Edy, seleksi tim Taipur sangat ketat. Tak hanya kesiapan fisik dan mental, para prajurit pun mesti mempunyai keterampilan khusus. Pasalnya, kata dia, Taipur ditujukkan untuk bisa bertahan di segala medan, baik darat, laut, maupun udara. Termasuk medan hutan belantara.

Selain pendidikan teknik dan taktik berperang, Edy mengatakan, prajurit Taipur juga dibekali persenjataan lengkap dan teknologi canggih. Dengan bekal ini, kata dia, tim Taipur diharapkan bisa menyelesaikan tugas dengan cepat, tepat, dan tuntas. “Prajurit yang masuk dalam tim Taipur ini merupakan pilihan,” kata dia. 

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement