REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Garut mendata sekolah yang mengalami kerusakan akibat guncangan gempa pada Jumat, (15/12) tengah malam. Total SMP yang rusak bertambah dengan perbaharuan data secara terus menerus.
Kabid SMP Disdik Garut, Totong memperbaharui data sampai dengan Senin (18/12), didapati 20 gedung SMP mengalami kerusakan. Kerusakan yang diderita pun bervariatif. "Ada 20 Sekolah Menengah Pertama yang terkena dampak Gempa Tasikmalaya semalam. Jenis kerusakan bervariasi antara lain bangunan yang retak-retak, ambruknya genting dan plafon serta kaca ruangan yang pecah. Juga meliputi bangunan ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, masjid dan aula/gedung olahraga," katanya pada Republika.co.id, Selasa (19/12).
Mulanya pada data awal sampai kemarin malam, ada 9 SMP yang rusak yaitu SMPN 1 Singajaya, SMPN 3 Pakenjeng, SMPN 3 Cikelet, SMPN 1 Pameungpeuk, SMP Muhammadiyah Pameungpeuk, SMP Muhammadiyah Cikelet, SMPN 2 Singajaya, SMPN 2 Banjarwangi dan SMPN Satap 1 Cibalong. Kemudian bertambah menjadi 17 SMP rusak dengan masuknya data dari SMPN 1 Banjarwangi, SMPN 2 Cibalong, SMPN Satap 2 Cibalong, SMPN Satap 2 Cikelet, SMPN 1 Kadungora, SMPN 4 Garut, SMP PGRI Pameungpeuk, dan SMPN 5 Malangbong.
Lalu berlanjut menjadi total 20 SMP rusak dengan laporan dari SMPN 2 Cisurupan, SMPN 2 Samarang dan SMPN 1 Banyuresmi. "Total kerusakan SMP terjadi di 12 Kecamatan. Data sementara tersebut sudah kami sampaikan ke Kemendikbud melalui Dirjen Dikdasmen," ujarnya.
Ke depannya, alokasi dana perbaikan bangunan sekolah bisa menggunakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Namun bila perbaikan membutuhkan dana besar, pihak Disdik mesti meminta bantuan. "Ya tentu kalau ringan hanya retak tembok, kaca pecah atau plafon bisa oleh sekolah melalui BOS. Yang sifatnya agak berat kami usulkan baik ke anggaran kabupaten, provinsi maupun pusat," jelasnya.