Selasa 19 Dec 2017 13:49 WIB

Wiranto Ibaratkan Asap Kebakaran Hutan Sebagai Teroris

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto usai mengikuti upacara peringatan Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (10/11).
Foto: Republika/Ronggo Astungkoro
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto usai mengikuti upacara peringatan Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menuturkan, masalah kebakaran hutan, kebun, dan lahan (karhutbunla) merupakan masalah regional dan global. Itu karena Indonesia dianggap sebagai paru-paru dunia. Ia mengibaratkan asap sebagai terorisme.

"Ini masalah strategis regional dan global, bukan hanya masalah Indonesia saja. Alasannya, Indonesia sudah dianggap sebagai paru-paru dunia. Maka, kalau ada kebakaran hutan, sudah akan mengurangi, juga merusak paru-paru itu," ungkap Wiranto dalam sambutannya pada Rakernas Capaian Pencegahan Karhutla 2017 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).

Selain karena dianggapnya Indonesia sebagai paru-paru dunia, hal lain yang menurut Wiranto menyebabkan persoalan karhutbunla menjadi masalah regional adalah asap yang ditimbulkan. Ia mengatakan, asap tidak mengenal wilayah. Asap, Wiranto ibaratkan sebagai terorisme.

"Kayak terorisme saja ini. Asap lewat saja batas negara. Tidak bisa berhenti belok dulu. Ini balik lagi merupakan masalah strategis regional. Pasti," kata dia.

Ia menjelaskan, karhutbunla juga berdampak pada kerusakan kekayaan hayati dan nonhayati. Banyak satwa yang kehilangan tempat hidup dan berbagai flora-fauna yang akan habis karena tak memilili lahan untuk hidup.

"Apalagi kalau kita hadapkan kepada dampak lain, banjir, tanah longsor, kemudian hal-hal yang menyebabkan bencana alam karena hutannya berkurang," ujar Wiranto.

Karena itulah, jelas dia, tiga menteri koordinator (menko) harus bekerja keras untuk melakukan langkah pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Wiranto menyebutkan, para menko sudah membagi tugasnya masing-masing untuk tiga hal itu.

"Saya dengan Kemenko Perekonomian sudah berbagi. Urusan hulu, pencegahan, itu Menko Darmin. Kalau sudah terjadi, penanggulangannya, pasukan tempurnya itu dari Kemenko Polhukam," tutur Wiranto.

Tugas yang paling sulit, kata Wiranto, adalah tugas untuk Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Puan harus bekerja sejak awal hingga akhir terkait karhutbunla. Wiranto menilai, Puan yang paling sibuk jika dikaitkan dengan urusan itu.

"Beliau paling sibuk itu sebenarnya. Bagaimana mengurus manusia akibat hutan, kebun, dan lahan yang terbakar. Ini urusan yang tidak mudah. Oleh karena itu, tiga menko harus kerja keras," ucap Wiranto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement