REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi menerima Penghargaan Peduli Buruh Migran dari Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI). Penghargaan diberikan dalam rangka peringatan Hari Buruh Migran yang jatuh pada tanggal 18 Desember.
Pemberian penghargaan kepada Menlu didasarkan oleh penilaian pengurus SBMI Pusat dan Daerah serta para aktor pelindungan pekerja migran non-pemerintah atas kepedulian dan keberpihakan Kementerian Luar Negeri dalam melakukan upaya-upaya pelindungan pekerja migran di luar negeri terutama dalam tiga tahun terakhir.
Menlu Retno dalam pidato penerimaan penghargaannya menyampaikan, bahwa para WNI membutuhkan kehadiran negara secara nyata di luar negeri.
Retno juga menggarisbawahi bahwa Kemenlu tidak dapat melakukan upaya perlindungan WNI seorang diri melainkan. Diperlukan kerja sama dan kemitraan yang tulus dan sejajar dengan semua pihak.
"Bagi saya, isu perlindungan WNI adalah soal empati, keberpihakan dan kepedulian terhadap realitas kondisi dan kerentanan yang masih dihadapi sehari-hari oleh WNI kita di luar negeri," ujar Menlu Retno dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (17/12).
Ketua Umum SBMI Hariyanto menyatakan paradigma kebijakan luar negeri telah bergeser dari paradigma yang melangit menjadi model diplomasi yang sangat membumi, relevan, dan berpengaruh langsung terhadap nasib pekerja migran.
Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) pada pagi hingga siang harinya juga menyelenggarakan seminar bertajuk Tantangan Pemerintah dalam Pelaksanaan UU Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.
Kegiatan yang bertempat di Islamic Center, Bekasi, tersebut dihadiri oleh kurang lebih 500 peserta yang terdiri dari pegiat perlindungan pekerja migran, mantan pekerja migran, anggota keluarga migran, hingga jejaring NGO terkait pekerja migran dari berbagai wilayah di Indonesia.