Senin 18 Dec 2017 06:03 WIB

Imam Ghazali dan Richard Thaler

Adiwarman Karim
Foto: Republika/Da'an Yahya
Adiwarman Karim

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Adiwarman A Karim

Ada kemiripan antara teori yang dibangun oleh Imam Ghazali dengan teori yang dibangun oleh Richard Thaler, pemenang Nobel Ekonomi tahun 2017. Keduanya menggunakan pendekatan sentuhan jiwa dalam membentuk perilaku manusia.

Thaler, guru besar Universitas Chicago, bersama Cass Sustein, guru besar Universitas Harvard, menulis buku Nudge: Improving Decisions about Health, Wealth and Happiness. Dalam teori Nudge (sentuhan kecil) yang dikembangkan Thaler, pada dasarnya manusia tidak selalu bertindak secara rasional. Bahkan, sebenarnya manusia cenderung bertindak tidak-rasional dengan pola yang dapat diprediksi.

Karena kesalahan manusia dapat diprediksi, maka manusia dapat diarahkan untuk membuat pilihan yang lebih baik. Bila manusia diberikan pilihan-pilihan yang baik dan diberikan sedikit sentuhan kecil maka ia akan melakukan perilaku baik.

Thaler menyimpulkan dalam bahasa yang mudah, “Bila Anda ingin seseorang melakukan sesuatu, maka mudahkanlah ia untuk melakukannya, make it easy.” Dengan pendekatan inilah Thaler mengubah perilaku orang yang suka merokok beralih menjadi menyukai vape.

Ternyata, pendekatan sentuhan kecil ini jauh lebih efektif daripada pendekatan larangan merokok dengan ancaman kesehatan. Orang dimudahkan untuk meninggalkan rokok dengan memberikan pilihan lain.

Manusia cenderung melihat suatu larangan sebagai suatu tantangan untuk dilanggar. Makin ditakut-takuti, makin besar tantangan untuk melanggarnya. Sebaliknya, manusia akan dengan mudah melakukan pilihan yang lebih baik bila ia dimudahkan untuk melakukan kebaikan itu.

Dalam bahasa Thaler, “Menempatkan buah-buahan di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau merupakan sentuhan kecil yang efektif untuk makan sehat. Bukan sekadar melarang makanan yang tidak sehat.”

Di urinal Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, pemasangan gambar lalat di dalam urinal merupakan contoh lain penerapan teori Thaler, sehingga orang cenderung buang air kecil dengan mengarahkan urinnya ke gambar lalat tersebut.

Contoh lainnya di Inggris, setiap karyawan secara otomatis ikut kepesertaan Dana Pensiun kecuali yang menolak. Di Spanyol, otomatis bersedia mendonorkan organnya bila diperlukan ketika wafat kecuali yang menolak. Keduanya terbukti efektif.

Perilaku manusia yang tidak selalu bertindak rasional disebabkan oleh tiga hal. Pertama, limited rationality yang didasari oleh theory of mental accounting. Terbatasnya pengetahuan dalam mengambil suatu keputusan menyebabkan manusia hanya memperhitungkan dampak langsung, jangka pendek, dan terbatas. Dalam bahasa Imam Ghazali di kitab Mizanul Amal, inilah yang akan terjadi bila manusia belum dapat memahami hikmah.

Kedua, social preferences (selera lingkungan) akan memengaruhi selera individu di dalamnya. Sangat wajar orang Minang suka nasi padang meski secara individual ia sebaiknya menghindari makanan berkolesterol tinggi. Thaler mengaitkan ini dengan konsep keadilan kepada lingkungan dan kepada diri sendiri. Dalam bahasa Imam Ghazali di Mizanul Amal, inilah pentingnya bersikap adil pada semua hal.

Ketiga, lack of self control, yaitu kesulitan mengontrol diri antara kesenangan sesaat dan manfaat jangka panjang. Sensasi kesenangan sesaat sering kali mengalahkan keputusan rasional yang jelas manfaatnya dalam jangka panjang. Dalam bahasa Imam Ghazali di Mizanul Amal, inilah pentingnya keberanian dan sikap sederhana dalam setiap pilihan sikap.

Richard Thaler terpilih menjadi pemenang Nobel Ekonomi tahun 2017 karena kontribusi pemikirannya yang sangat aplikatif dalam mengubah perilaku orang secara efektif. Sampul bukunya memberikan ilustrasi bagaimana induk gajah memberikan sentuhan kecil dengan belalainya mengarahkan gajah kecil berperilaku yang diinginkan sang induk; bukan dengan sekadar melarangnya, tapi dengan memudahkan gajah kecil itu melakukan sesuatu yang diinginkan si induk.

Perspektif yang dibangun Thaler ini mirip dengan karya-karya besar Imam Ghazali yang telah ditulis ratusan tahun yang lalu. Bagi Imam Ghazali, yang baik telah jelas, yang buruk pun telah jelas. Walaupun manusia tahu mana yang baik mana yang buruk, sering kali orang tetap melakukan yang buruk.

Pendekatan Imam Ghazali dalam banyak karyanya tidak menekankan aspek halal-haram, tetapi menekankan pada memudahkan dan menggembirakan orang berbuat kebaikan. Dalam kitab Mukasayafatul Qulub, Imam Ghazali menggambarkan betapa mudah dan bahagianya menjalani hidup bila dekat dengan Sang Pencipta, lebur dalam kasih Yang Maha Pengasih. Dalam kitab Kimiya Sa’adat, Imam Ghazali menjelaskan, inilah manusia yang ibarat telah melalui proses kimia dari logam biasa menjadi logam mulia.

Semangat memudahkan dan menggembirakan orang berbuat kebaikan sangat terasa dengan banyaknya hadis fadhail amal di kitab fenomenal beliau, Ihya Ulumuddin. Dalam bahasa Thaler, “Mudahkan orang untuk melakukan kebaikan maka ia akan melakukannya, kecuali orang itu memiliki alasan yang sangat kuat untuk tidak melakukannya.”

Pendekatan nudge (sentuhan kecil) dengan memudahkan dan menggembirakan orang untuk memilih syariah, memilih ekonomi keuangan syariah, merupakan suatu keniscayaan yang efektif. Pendekatan lama biasanya kombinasi dari dua ekstrem.

Pertama, pendekatan yang hanya menekankan dikotomi halal dan haram. Kedua, pendekatan yang menekankan perlunya melindungi industri keuangan syariah dengan alasan industri yang baru tumbuh.

Pendekatan pertama tidak efektif karena tidak memberikan solusi. Kesadaran masyarakat meningkat untuk meninggalkan yang haram tetapi tidak dimudahkan mencari yang halal. Pendekatan kedua bukan saja tidak efektif, melainkan juga melemahkan industri keuangan syariah dalam jangka panjang. Masyarakat dan industri berkembang tanpa menyadari bahwa perkembangan itu sifatnya semu.

Saat ini ada banyak unit usaha syariah dengan aset yang masih relatif kecil untuk di-spin-off. Ada dua pilihan. Pertama, otoritas menunggu rencana masing-masing bank tentang UUS-nya. Kedua, otoritas menyiapkan regulasi otomatis konversi menjadi bank umum syariah kecuali yang menolak. Merujuk teori Thaler, pilihan kedua lebih efektif dengan membuat prosesnya jelas dan mudah.

Saat ini ada banyak program pemerintah untuk pembiayaan infrastruktur dan program keuangan mikro. Pilihan pertama, otoritas menunggu kesiapan lembaga keuangan syariah. Pilihan kedua, lembaga keuangan syariah otomatis ikut serta kecuali yang tidak siap. Merujuk Thaler, pilihan kedua lebih efektif. Bila layanan lembaga keuangan syariah sama mudahnya diakses, apalagi bila lebih mudah, keuangan syariah akan menjadi pilihan utama kecuali mereka yang punya alasan kuat menolaknya.

Bukankah Rasulullah SAW telah mengingatkan kita, “Yassiru wala tu’assiru wabassyiru wala tunafiru,” mudahkan jangan dipersulit, gembirakan jangan menakuti sehingga mereka lari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement