REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan ada sejumlah alasan bagi bangsa Indonesia sejak berdiri hingga kini terus menerus memberikan dukungan untuk kemerdekaan Palestina.
"Pertama sebagai sebuah bangsa, Indonesia sangat bisa merasakan betapa rasa dijajah oleh bangsa lain, karena kita sudah lebih dari 3,5 abad dijajah oleh bangsa lain. Jadi merasakan betul pahitnya dijajah bangsa lain," katanya dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Kementerian Komunikasi dan Informatika di Jakarta, Jumat (15/12).
Dalam diskusi tersebut hadir juga Direktur Timur Tengah Kemenetrian Luar Negeri Sunarko dan Pejabat Kedutaan Besar Palestina di Indonesia Taher Hamad. Karena itulah, menurut Lukman, dalam pembukaan UUD 1945, yang pertama dinyatakan oleh para pendiri bangsa adalah menyatakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa.
Kedua, menurut dia, penjajahan yang terjadi di tanah Palestina tidak sesuai dengan ajaran semua agama di Indonesia. Sebagai bangsa yang dikenal religius, bangsa yang agamis sejak ratusan tahun yang lalu jauh sebelum negara bangsa ini lahir, maka pasti ada muncul rasa penolakan yang sangat besar ketika ada pelanggaran hak asasi manusia atau sesuatu bangsa terhadap bangsa yang lain, katanya.
"Karena semua agama tidak membenarkan tindakan pelanggaran HAM seperti itu, tindakan penjajahan itu sesuatu yang bertentangan secara esensial, secara substansial dengan inti ajaran agama, apapun yang dianut agama ini, semua agama menolak penjajahan itu, pengingkaran terhadap kemerdekaan, kebebasan hak asasi manusia," katanya.
Ketiga, menurut dia, tidak bisa dipungkiri bagaimanapun juga Yerusalem merupakan kota suci tiga agama besar, agama Yahudi, Kristen dan Islam. Sebagai negara bangsa dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia keberadaan Palestina, Yerusalem, khususnya dengan adanya Masjidil Aqso itu sesuatu yang luar biasa.
"Itu tidak hanya sebagai tempat Rasullulah bertolak melakukan mi'raj, ketika bertemu dengan Tuhan, tetapi juga di situlah masjid yang pertama menjadi kiblat umat Islam, ketika melaksanakan shalat sebelum lalu kemudian oleh Allah SWT diubah menghadap Masjidil Haram, menghadap ka'bah," katanya.
Keempat menurut dia, hubungan batin dan kesejarahan dengan Palestina sejak negara Indonesia berjuang untuk merdeka.
"Yang perlu kita ingat pada 6 September 1944, diwakili oleh Mufti, pada saat itu Mufti Besar Palestina Syech Muhammad Amin Alhussaini dan seorang saudagar kaya Palestina, merekalah yang mewartakan menyebarluaskan dukungan kemerdekaan terhadap Indonesia," katanya.