Kamis 14 Dec 2017 13:45 WIB

Difteri di Jabar, 50 Persen Negatif

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Winda Destiana Putri
Imunisasi Massal Difteri. Sejumlah pelajar melakukan imunisasi Difteri di MIT Al-Qolam, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Imunisasi Massal Difteri. Sejumlah pelajar melakukan imunisasi Difteri di MIT Al-Qolam, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pasien penyakit difteri di Jabar terus bertambah. Hingga saat ini, jumlahnya mencapai 153 kasus. Namun, menurut Kepala Seksi Surveilance dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Jawa Barat Yus Ruseno, setelah dilakukan pemeriksaan ternyata yang konfirm positif hanya 50 persennya. Jadi, dari 153 kasus hanya 65 kasus yang positif.

"Semua pasien yang ada indikasi difteri, kami langsung tangani. Tapi, setelah uji lab ternyata hanya separuhnya saja yang positif," ujar Yus kepada Republika, Kamis (14/12).

Menurut Yus, semua pasien yang terindikasi difteri memang akan langsung ditangani. Hal ini, sebagai bentuk kehati-hatian. Namun, positif atau tidaknya biasanya akan diketahui dari tes pengembangbiakan kuman yang hanya bisa dilihat setelah 7 sampai 10 hari.

"Jadi, memang baru ketahuan positif atau tidaknya kalau sudah 7 atau 10 hari. Kalau kumannya berkembang biak, baru positif," katanya.

Yus mengatakan, saat ini di Jabar tak hanya 5 kabupaten/kota saja yang kasus difterinya tinggi. Yakni di Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi dan Kota Depok. Selain lima daerah tersebut, ada tiga daerah lainnya di Jabar yang kasus difterinya cukup besar. Yakni, Kabupaten Bogor, Garut, dan Cianjur.

"Tiga daerah itu juga, jumlah kasusnya cukup tinggi sama dengan lima daerah lainnya," katanya.

Yus mengatakan, kasus difteri di ketiga daerah tersebut tinggi salah satu faktornya karena jumlah penduduknya banyak. Misalnya, Kabupaten Bogor jumlah penduduknya dua kali lipat dari penduduk Yogyakarta.

"Tapi alhamdulillah, semua rumah sakit di daerah masih bisa menangani semua pasien difteri. Karena semua rumah sakit wajib menerima pasien difteri tak hanya rumah sakit milik pemerintah. Jadi, masih ke handle," katanya.

Menurut Yus, Pemprov Jabar sendiri, siap memberikan bantuan kalau ada kabupaten/kota yang kesulitan memberikan dana untuk penanganan kasus difteri ini. Asal, daerah mengajukan ke Jabar. Namun, sejauh ini semua kabupaten/kota masih bisa menangani semua warganya yang terkena difteri.

Dikatakan Yus, melihat kasus difteri di Jabar yang terus meningkat, Pemprov Jabar pun saat ini sedang menyusun surat edaran gubernur Jabar. Isinya, meminta semua kepala daerah di Jabar untuk waspada difteri.

"Surat edarannya, ini masih terus kami susun," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement