Rabu 13 Dec 2017 19:43 WIB

Masyarakat Jatim tak Suka Tokoh Agama Terlibat Pilgub

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi Pilkada Serentak
Foto: Republika/ Wihdan
Ilustrasi Pilkada Serentak

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Hasil survei Lembaga Surabaya Survey Center (SSC) menunjukkan, masyarakat Jatim tidak menyukai apabila pemuka agama serta takmir masjid dan mushala terlibat aksi dukung-mendukung Cagub-Cawagub pada kontestasi Pilgub Jatim 2018. Sebanyak 49,3 persen responden secara lugas menyatakan ketidaksukaan mereka apabila pemuka agama terlibat dalam aksi politik praktis tersebut.

"Dari total seluruh responden, hanya sebesar 25,5 persen yang menyukai hal itu. Sementara, 25,2 persen sisanya memilih untuk tidak menjawab atau menjawab tidak tahu," kata Direktur Riset SSC Edy Marzuki dalam paparannya di Yello Hotel, Jalan Raya Jemur Sari Nomor 176, Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Rabu (13/12).

Edy Marzuki menyatakan, ketidaksukaan masyarakat atas keterlibatan para pemuka agama dalam politik praktis, lantara mereka dianggap memiliki peran sentral yang harus lebih bijak dalam bersikap. Artinya, dengan kondisi dimana masyarakat Jatim masih tunduk dan patuh dengan pemuka agama, mereka sebaiknya mampu menjaga iklim sejuk pada Pilgub Jatim 2018.

"Terlebih lagi kalau dalam konteks Agama Islam. Kiai lokal harus menjadi penjaga gawang kondusifitas. Karena para Kyai ini petuahnya masih sangat menjadi perhatian," ujar Edy.

Sebagai informasi, data-data tersebut diperoleh melalui survei yang dilakukan di 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, pada kurun waktu 25 November-8 Desember 2017. Survei tersebut dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan 940 responden. Adapun tingkat kepercayaan dari hasil tersebut sebesar 95 persen, dengan margin of error 3,2 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement