Selasa 12 Dec 2017 17:37 WIB

Buku Pelajaran Berisi Yerusalem Ibu Kota Israel Diselidiki

Seorang wanita mengenakan bendera Amerika di atas kerudungnya pada aksi menentang kebijakan Trump atas Yerusalem di President Park tidak jauh dari istana kepresidenan Gedung Putih Washington, DC, Jumat (8/12) waktu setempat, atau (9/12) dini hari WIB.
Foto: Michael Reynolds/EPA-EFE
Seorang wanita mengenakan bendera Amerika di atas kerudungnya pada aksi menentang kebijakan Trump atas Yerusalem di President Park tidak jauh dari istana kepresidenan Gedung Putih Washington, DC, Jumat (8/12) waktu setempat, atau (9/12) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PINANG -- Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kepulauan Riau meminta pemerintah menyelidiki buku IPS yang diterbitkan PT Yudistira untuk kelas XI SD, karena di salah satu halamannya memuat ibu kota Israel adalah Yerusalem.

Sekretaris Fraksi Keadilan Sejahtera-PPP DPRD Kepri Suryani di Tanjungpinang, Selasa, menyatakan ada keanehan karena dalam waktu cepat Yudistira dapat memuat Israel dengan ibu kota Al Quds atau Yerusalem. "Padahal Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengklaim Israel beribu kota Yerusalem," ujarnya.

Dari data yang diperolehnya, Suryani menduga buku IPS untuk kelas XI SD yang diterbitkan Yudistira itu sudah terencana. Artinya, buku itu dengan sengaja memuat Yerusalem ibu kota dari Israel, sedangkan ibu kota Palestina dikosongkan. "Ini harus diselidiki lebih mendalam karena melukai umat Islam di dunia yang sedang berjuang," ucapnya.

Menurut dia, buku tersebut dapat memprovokasi umat Islam. Buku itu dapat memancing umat Islam marah. "Buku-buku seharusnya ditarik dari peredaran, tidak boleh menjadi buku mata ajaran," katanya.

Ia juga mempertanyakan alasan dan motivasi Yudistira memuat ibu kota Israel adalah Yerusalem. Apalagi sikap Pemerintah Indonesia cukup jelas, menolak kebijakan Presiden AS menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

"Ketika Indonesia sedang berjuang agar AS tidak menjadikan Jerusalem sebagai ibu kota Israel, lantas kenapa ada buku yang terkesal menyetujui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," katanya.

Suryani juga mengungkap kasus lain yang dilakukan PT Yudistira beberapa waktu lalu terkait buku yang berisikan banci dapat menjadi imam saat shalat. Ajaran itu, tegasnya sesat, dan membahayakan anak-anak beragama Islam. "(Padahal) Banci tidak boleh jadi imam shalat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement