REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo mengatakan, upaya penambahan jumlah sapi di wilayahnya sangat penting. Namun demikian, yang tidak kalah pentingnya adalah pengoptimalan pemenuhan gizi ternak.
Menurut Soekarwo, ini penting dilakukan, karena berdasarkan data, impor hasil penggilingan termasuk pakan ternak skalanya masih tinggi.
"Apalagi di Jatim ketersediaan lahan untuk pembuatan pakan ternak sangat terbatas. Makanan ternak ini masih kendala serius bagi kami," kata Soekarwo, Selasa (12/12).
Pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu pun mengusulkan agar dilakukannya metode tumpang sari dengan perhutanan, melalui program Pembangunan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Selain itu, hutan sosial yang sudah dicanangkan Presiden RI Joko Widodo juga sebaiknya digunakan untuk penghijauan pakan ternak.
"Ke depan saya harapkan bisa muncul hutan-hutan ternak, di mana kebutuhan pakan ternak bisa tercukupi lewat produksi yang dihasilkan di hutan," ujar Pakde Karwo.
Politikus Demokrat itu juga menyampaikan, tantangan yang dihadapi Jatim sekarang yakni konsumsi daging terus meningkat, pengendalian hewan ternak produktif, serta peningkatan populasi. Maka, untuk mengatasi masalah tersebut, Pemprov Jatim telah membuat kebijakan dengan menerbitan Perda Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pengendalian Sapi dan Kerbau Produktif.
"Saya bahkan telah sering melakukan pemantauan langsung terhadap pemotongan hewan khususnya untuk sapi dan kerbau betina," kata Soekarwo.
Pakde Karwo berpesan agar semua kepala dinas yang membidangi peternakan, untuk mendatangi peternak-peternak di daerahnya. Menurutnya, ini perlu dilakukan, karena para petani lebih senang dirangkul dan diajak diskusi langsung daripada hanya sekadar diberi sambutan.
Soekarwo menerangkan, untuk mewujudkan swasembada daging, Pemprov Jatim telah melakukan inseminasi (pemasukan sperma ke dalam genitalia betina) kepada 1,5 juta sapi betina. Jumlah tersebut telah melampaui target program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab) yang ditetapkan Kementerian Pertanian, yakni sebanyak 1,2 juta akseptor.
"Jatim telah bisa mencapai target yang ditetapkan untuk program Upsus Siwab. Saya rasa Siwab adalah program yang sangat tepat untuk mewujudkan swasembada daging," kata Soekarwo.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementrian Pertanian Ketut Diarmita MP menyampaikan, 2018 merupakan tahun kedua pelaksanaan program Upsus Siwab. Di tahun kedua ini, diharapkan hasilnya lebih baik dari tahun 2017.
Melalui program ini, lanjut Ketut, akan dioptimalkan potensi sapi dan kerbau betina dalam negeri untuk terus menghasilkan anak. Program ini diproyeksikan dalam rangka menambah populasi ternak nasional. "Keberhasilan Upsus Siwab ini membutuhkan kesadaran semua pihak yang terlibat untuk bekerja, bersinergi, dan simultan," kata dia.