REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membantah kejadian luar biasa (KLB) difteri berarti cakupan imunisasi tidak mencapai sasaran.
Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes M Subuh mengatakan, cakupan imunisasi tetap mencapai sasaran. Ia menjelaskan sebenarnya ada dua perspektif, perspektif penyakit dan perspektif pencegahan.
"Pencegahan yang kami lakukan itu sudah mencapai sasaran. Pada 2016, immunization caverage kita sudah rata-rata 92 persen, 2015 rata-rata 91 persen, dan 2014 rata-rata 90,5 persen, artinya sudah mencapai sasaran," kata Subuh akhir pekan lalu.
Jadi, Subuh meminta semua harus meyakini bahwa cakupan imunisasinya minimal 90 persen. Untuk itu ia menegaskan, adanya KLB difteri tidak berarti imunisasi gagal, justru harus menguatkan program imunisasi rutin.
Keberadaan gerakan antivaksin, lanjut Subuh, tidak begitu berpengaruh terhadap pencapaian target cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi measles rubella (MR) misalnya, yang telah melebihi target 95 persen. "Kita ada pengalaman bulan lalu baru selesai itu (imunisasi MR) tetap target kita 95 persen, ternyata masyarakat antusias untuk diimunisasi," kata dia.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pendekatan persuasif kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah. Karena, terang Subuh, kemungkinan penolakan karena ketidakmengertian dan ketakutan anak sakit setelah diimunisasi. "Jadi karena kekhawatiran itulah kita dekati mereka dengan memberikan pengertian. Tidak konfrontatif dan menyalahkan," kata dia.
Subuh mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tak mudah terpengaruh dengan informasi yang menyatakan bahwa vaksin berbahaya. "Lengkapi imunisasi anak agar mereka mendapatkan haknya untuk hidup sehat."