Jumat 08 Dec 2017 22:30 WIB

Menaker Sebut Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Meningkat

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Winda Destiana Putri
Tenaga kerja Indonesia tiba di Tanah Air
Foto: Republika/Amin Madani
Tenaga kerja Indonesia tiba di Tanah Air

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyebut, produktivitas kerja di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal itu ditinjau dari hasil pengukuran produktivitas nasional, regional, dan sektoral yang dilakukan pada tahun 2016 atas bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa selama periode 2011-2015.

"Jadi produktivitas tahun 2015 mencapai 78,18 juta rupiah per tahun per tenaga kerja atau meningkat 4,62 persen dibanding tahun sebelumnya," ungkap Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri melalui siaran pers kepada Republika pada Jumat (8/12).

 

Meski begitu, Hanif menegaskan, akan terus berupaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Sebab, gerakan produktivitas dan daya saing harus digelorakan kembali bukan hanya oleh dunia usaha. Tapi juga dunia pendidikan, institusi pemerintah dan organisasi lain secara terus menerus.

 

"Tingkat produktivitas tenaga kerja harus ditiingkatkan dengan cara memperbaiki diri untuk menerapkan prinsip-prinsip efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ramah lingkungan dalam berpikir, bertindak, dan berkarya," kata Hanif menjelaskan.

 

Selain itu, lanjut Hanif, meskipun tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia terus naik, namun dibandingkan dengan kondisi produktivitas negara-negara di ASEAN, Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Bahkan dibandingkan dengan Jepang, pekerja di Jepang mampu menciptakan output hampir empat kali lipat dari nominal uang yang dihasilkan di Indonesia dengan durasi yang sama.

 

"Jadi kita perlu terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar kompetensi kerja terus meningkat dan pada akhirnya mendukung produktivitas. Upaya peningkatan kualitas SDM bisa dilakukan dengan pelatihan kerja di Balai Latihan kerja dan program pemagangan," kata Hanif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement