Sabtu 09 Dec 2017 02:06 WIB

Monsoon Break Disebut tak Berdampak pada Pertanian

Lahan pertanian, salah satu faktor penopang ketahanan pangan nasional (ilustrasi)
Foto: banten.go.id
Lahan pertanian, salah satu faktor penopang ketahanan pangan nasional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Fenomena monsoon break atau penurunan curah hujan harian secara drastis tidak memiliki dampak yang signifikan pada sektor pertanian, kata dosen teknik pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Ardiansyah.

"Tidak memiliki dampak signifikan karena periodenya singkat, hanya beberapa hari," kata dia di Purwokerto, Jawa Tengah, Jumat (6/12).

Dia juga menambahkan bahwa fenomena monsoon break juga tidak akan berdampak secara signifikan pada kegiatan pencegahan banjir yang bersifat jangka panjang. "Namun kegiatan jangka pendek pencegahan banjir bisa dilakukan misalkan membersihkan sungai dan saluran drainase dari sampah-sampah," kata dia.

Salain itu, ujarnya, meningkatkan kapasitas sungai dan saluran drainase dengan pengerukan dan perbaikan tanggul. Selain itu, mengontrol tanggul, pintu air, bendung, dan berbagai bangunan pengendali banjir lainnya. "Namun yang terpenting adalah edukasi masyarakat agar tanggap bencana. Termasuk tanggap perilaku pencegahan," kata dia.

Sementara itu, berdasarkan hasil prakiraan BMKG, sejak 4 Desember 2017 sejumlah wilayah di Indonesia mengalami monsoon break atau penurunan curah hujan harian secara drastis saat periode aktif monsoon. Wilayah yang dimaksud, antara lain DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah bagian utara.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara), Setyoajie Prayoedhie mengatakan dengan adanya fenomena monsoon break, curah hujan menjadi rendah atau dapat dikatakan "hujannya istirahat".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement