Kamis 07 Dec 2017 19:01 WIB

Kesenian Rakyat Meriahkan Nitilaku Perguruan Kebangsaan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Konferensi pers kegiatan Nitilaku Perguruan Kebangsaan.
Foto: Wahyu Suryana.
Konferensi pers kegiatan Nitilaku Perguruan Kebangsaan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Nitilaku Perguruan Kebangsaan kembali digelar Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama). Kegiatan tahunan ini akan diselenggarakan pada 17 Desember 2017 mendatang mulai pukul 06.00-11.00 WIB.

Nitilaku tahun ini mengangkat tajuk holobis kuntul baris, singsingkan lengan baju gotong royong bangun negara, gumregah, cancut taliwanda mbangun negara. Kegiatan ini merupakan bentuk sinergi bersatunya kampus sebagai basis pengembangan ilmu teori, keraton, serta kampung sebagai basis pengembangan budaya praksis.

Semuanya dikemas dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika dan keilmuwan kontekstual. Beragam aktivitas akan diselenggarakan. Mulai pawai kebangsaan, panggung persatuan, prosesi penerimaan, sampai resepsi sarapan dan kesenian rakyat. Rute pawai mulai pagelaran Keraton Yogyakarta, Malioboro, Tugu, Balairung UGM, sampai Lapangan Pancasila Grha Sabha Pramana.

Ketua Panitia Nitilaku Perguruan Kebangaan 2017, Hendrie Adji Kusworo, menuturkan akan ada 20 panggung pagelaran bertajuk Panggung Persatuan. Panggung itu akan berbaris mulai Keraton sampai Balairung, menampilkan 32 kesenian dari seluruh Indonesia.

Selain itu, ada lima Panggung Pancasila di Lapangan Pancasila Grha Sabha Pramana. "Sejauh ini sudah ada 68 penampil, dan untuk pawai akan diikuti kurang lebih 7.000 peserta," kata Hendrie, Selasa (5/12) malam.

Ia menambahkan, perhelatan akbar itu akan dimeriahkan tiga stan yang terdiri dari 12 unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Selain itu, lanjut Hendrie, Nitilaku Perguruan Kebangsaan tahun ini akan dihadiri setidaknya enam menteri Kabinet Kerja yang merupakan lulusan dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Tentu, kata dia, pemandangan yang akan tersaji akan penuh kebudayaan mengingat ribuan peserta yang akan hadir mengenakan kostum adat dari seluruh daerah di Indonesia, kostum perjuangan, dan kostum-kostum jaman dulu (jadul). Karenanya, Pawai Kebangsaan akan dilepas langsung Sri Sultan Hamengku Buwono X dari Keraton Yogyakarta.

"Mengangkat sejarah masa lalu tapi ada pula yang kekinian, mengangkat kearifan lokal, dan keterlibatan masyarakat, sehingga pola karnaval menjadi ajang-ajang yang menarik mulai pariwisatanya dan menghidupkan seni budaya, bertemulah seluruh alumni untuk turut serta dan mereka menunjukkan pengabdiannya selama ini," kata Ketua Pengurus Pusat Kagama, Ganjar Pranowo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement