REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta menyebutkan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini sedang mengalami break monsoon atau masa jeda hujan yang diperkirakan berlangsung hingga 2-3 hari ke depan.
"Sedang terjadi break monsoon atau fenomena tidak ada hujan dalam beberapa hari di musim hujan," kata Kepala Kelompok Operasional Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Djoko Budiono di Yogyakarta, Kamis (7/12).
Menurut Djoko, kondisi tersebut cukup normal setelah terjadi hujan cukup ekstrem yang dipicu oleh siklon tropis Cempaka beberapa waktu yang lalu. Selain itu, dia mengatakan, masa jeda hujan di DIY juga dipicu adanya tekanan udara rendah mencapai 1.004 hector pascal (hpa) di sekitar Laut Andaman, Aceh.
Tekanan udara rendah itu menarik pola angin monsoon Asia (bersifat basah) ke dalam pusat tekanan udara rendah tersebut. Tekanan udara rendah juga terlihat di Samudera Hindia bagian barat dan timur Australia, serta di Samudera Pasifik, sebelah timur laut Papua.
"Sejumlah titik tekanan rendah tersebut menyebabkan perubahan pola angin yang menyebar (divergensi) di sekitar DIY dan berdampak pada kurangnya kontribusi dalam pembentukan awan yang bisa menyebabkan hujan," kata dia.
Fenomena tersebut juga memicu berkurangnya uap air di udara wilayah DIY yang hanya tercatat dengan RH 50-60 persen. "Sehingga diprediksi cuaca dua hingga tiga hari ke depan cukup cerah," kata dia.
Joko mengatakan kondisi iklim pada Desember di DIY secara umum dalam kategori menengah hingga tinggi dengan jumlah curah hujan bulanan rata-rata berkisar 300-500 mm per bulan. Mengingat saat ini masih masuk masa musim hujan hingga Januari-Februari 2018, Djoko berharap masyarakat tetap mewaspadai terhadap kondisi cuaca berupa hujan yang masih berpotensi terjadi pada Desember ini.
"Minggu depan kami prediksi sudah kembali berpotensi hujan," kata dia.