Rabu 06 Dec 2017 22:21 WIB

KA Bandara Minangkabau Capai 80 Persen

Bandara Internasional Minangkabau.
Bandara Internasional Minangkabau.

REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- PT INKA (Persero) menyatakan pengerjaan proyek Kereta Api Bandara Internasional Minangkabau (KA BIM), Sumatera Barat, saat ini sudah mencapai 80 persen.

"Capaian pengerjaan kereta bandara pesanan PT KAI, saat ini mencapai 75-80 persen. Target selesai KA BIM sekitar awal 2018," ujar Senior Manager Secretary, Public Relations, dan CSR PT INKA (Persero) Madiun, Cholik Mochamad Zam Zam kepada wartawan, Rabu (6/12).

Menurut dia, saat ini sedang pengerjaan untuk tahap akhir atau finishing. Dalam artian, pengerjaan car body kereta sudah selesai dan tinggal menyelesaikan interior kereta. KA BIM tersebut merupakan pesanan PT KAI (Persero) dan dikerjakan PT INKA (Persero). Sesuai rencana akan dikirim pada April 2018 bersamaan dengan KA "Light Rapid Transit" (LRT) untuk Asian Games di Palembang.

Nilai kontrak dari KA BIM tersebut mencapai Rp138 miliar dengan jumlah tiga "trainset. KA bandara tersebut dapat menampung 200 penumpang dan dilengkapi fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas, air conditioner (AC), dan bagasi yang kesemuanya buatan PT INKA.

"Sesuai rencana, satu dari tiga trainset KA BIM tersebut akan dialihkan ke Bandara Adi Sumarmo Solo dan dua tetap untuk BIM," kata dia

Ia menjelaskan, pengalihan satu trainset untuk KA Bandara Adi Soemarmo Solo tersebut guna mengalihkan kepadatan penumpang dari Bandara Adi Sucipto Yogyakarta.

Nantinya, jika menggunakan KA bandara, jarak tempuh dari Yogyakarta ke Solo, hanya sekitar 35-40 menit. Sehingga penumpang dari Yogyakarta bisa terbang dari Bandara Adi Soemarmo. Untuk menuju Solo penumpang naik KA bandara.

Ia mengaku optimistis target pengerjaan tersebut akan selesai tepat waktu, sehingga sebelum batas akhir sudah dapat diserahkan ke pemesan.

Adapun pengoperasian KA BIM nantinya diproyeksikan akan memudahkan masyarakat dari Kota Padang menuju bandara dan sebaliknya. Pengoperasian kereta bandara di Sumbar tersebut sudah beberapa kali tertunda. Awalnya ditargetkan bisa dimanfaatkan 2015, namun mundur hingga 2018.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement