Selasa 05 Dec 2017 06:43 WIB

Puncak Musim Hujan Terjadi Bulan Januari Hingga Februari

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah alat berat melakukan pengerukan lumpur dan tanaman liar yang tumbuh di kawasan Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/11). Pengerukan dilakukan untuk menambah kapasitas daya tampung air di Setu Babakan sekaligus mengantisipasi terjadinya banjir jelang musim hujan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah alat berat melakukan pengerukan lumpur dan tanaman liar yang tumbuh di kawasan Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/11). Pengerukan dilakukan untuk menambah kapasitas daya tampung air di Setu Babakan sekaligus mengantisipasi terjadinya banjir jelang musim hujan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia mulai memasuki musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan akan terjadi di bulan Januari hingga Februari.

Deputi Kepala Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menyatakan saat ini Indonesia telah memasuki musim penghujan namun belum berada di puncaknya.

"Ketika pertengahan November perkembangan musim di Indonesia 63 persen sudah masuk penghujan. Dengan data terakhir ditambah dengan siklon yang ada kondisinya naik jadi 70 persen," ujar Herizal di gedung BMKG, Jalan Angkasa I, Jakarta, Senin (4/12).

Menurut Herizal hujan akan sangat dirasakan terlebih di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hingga bulan Maret nanti diprediksi Indonesia masih memasuki wilayah basah.

Puncak musim hujan untuk wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah terjadi pada bulan Januari. Sementara wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara akan terjadi di bulan Februari.

Di tahun ini menurut Herizal tidak ada pola yang berbeda dari tahun sebelumnya untuk musim hujan. Namun ada gangguan dari sebelah timur yang menyebabkan tahun ini menjadi lebih basah dari sebelumnya.

"Ada usikan dari sebelah timur pengaruh La nina. Skala global kondisi ENSO (El Nino Southern Oscilation) akhir tahun ini masih netral meskipun di awal tahun nanti potensi La nina itu lemah. (Iklim) Lebih basah dari tahun sebelumnya," ujar Herizal.

Gangguan di pasifik tersebut dikatakan akan menjadi potensi tambahan air dari pasifik ke wilayah Indonesia. Dari pantauan BMKG sendiri indikator La nina akan normal pada bulan maret atau april.

Oleh karena itu BMKG menghimbau kewaspadaan masyarakat khususnya di daerah-daerah yang rawan terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan serta longsor. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement