REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) telah memasang 45 unit kamera trap untuk mengawasi keberadaan muncul tutul. Dari pengawasan tersebut, BB TNBTS menemukan sejumlah titik yang sering memperlihatkan keberadaan macan tutul.
Petugas Pengendali Ekosistem Hutan BB TNBTS, Agung Siswoyo menerangkan, lokasi blok Ireng-ireng dan Kali Cilik dekat Ranupani paling sering memunculkan keberadaan macan tutul. Kemudian juga ada di Watu Pecah dan Gunung Kukusan, Poncokusumo, Malang. "Dan kita nanti akan tambah pasang kamera lagi di Ireng-ireng," kata Agung saat ditemui wartawan di Kota Malang.
Munculnya keberadaan macan tutul di lokasi tersebut menunjukkan adanya kelimpahan pakan yang cukup banyak. Seperti diketahui, satwa liar sangat bergantung pada empat kebutuhan dasar. Empat kebutuhan itu, yakni air untuk minum, makanana, ruang gerak dan cover demi perlindungan, baik dari alam maupun manusia.
Menurut Agung, di lokasi tersebut memang masih banyak ditemukan sumber makanan yang dibutuhkan macan tutul. Beberapa di antaranya seperti kijang dan babi hutan yang acap tertangkap kamera trap-nya.
Meski sudah memiliki habitat yang cukup nyaman, Agung tak menampik masih ada kesulitan dalam mengonservasi macan tutul. Terlebih lagi terdapat masyarakat yang mempercayai mitos akan dihormati apabila memiliki salah satu bagian tubuh macan. Dari sisi lain, ini masih menjadi pemicu perburuan macan tutul di lapangan, meski di TNBTS tak terjadi seperti demikian.
Selain itu, Agung menjelaskan, macan tutul terutama berusia remaja memiliki keinginan untuk keluar dari habitat kelompoknya. Mereka biasanya akan berusaha lepas dari teritori keluarganya untuk membuat daerah jelajahnya sendiri. Oleh karena itu, TNBTS pun sempat menemukan dua kasus keluarnya macan tutul dari habitat aslinya.
Menurut Agung, sejak 2010 terdapat dua kasus macan tutul yang keluar dari habitatnya menuju pemukiman. Dua lokasi pelarian macan tersebut seperti Poncokusumo, Malang dan Senduro, Lumajang. Meski demikian, Agung menegaskan, tidak ada kejadian penyerangan mengingat warga acap membuat jebakan lalu akan mengirimkan macan ke Taman Safari.
"Macan yang sudah keluar dari habitatnya dan mengalami luka alami tidak bisa dikembalikan ke alam. Kalaupun dikembalikan, macan akan mati," tegas dia.