Senin 04 Dec 2017 18:51 WIB

Masyarakat NTB Diimbau Waspadai Cuaca Ekstrem

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Hazliansyah
Petugas BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) menunjuk area pergerakan badai Siklon Tropis Cempaka di Laboratorium BMKG Banten, di Serang, Selasa (28/11). Pihak BMKG merilis peringatan level Siaga cuaca ekstrem hingga tanggal 1 Desember akibat pergerakan Siklon Tropis Cempaka yang semakin besar di Selatan Pulau Jawa.
Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Petugas BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) menunjuk area pergerakan badai Siklon Tropis Cempaka di Laboratorium BMKG Banten, di Serang, Selasa (28/11). Pihak BMKG merilis peringatan level Siaga cuaca ekstrem hingga tanggal 1 Desember akibat pergerakan Siklon Tropis Cempaka yang semakin besar di Selatan Pulau Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Amin mengimbau masyarakat NTB mewaspadai cuaca ekstrem. Pengujung tahun, ujar Amin, merupakan puncak cuaca ekstrem dan harus menjadi kewaspadaan bagi masyarakat dan juga pemerintah.

"Desember dan Januari puncak ekstrem dengan curah hujan yang cukup tinggi," ujar Amin di Kantor Pemprov NTB, Senin (4/12).

Amin menyampaikan, pemerintah daerah telah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dinas terkait, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), hingga kelompok petani. Koordinasi ini merupakan bentuk antisipasi penanganan bencana.

"Kita berupaya meminimalisir risiko bencana, untuk zero (nol) tidak mungkin," ucap Amin.

Menurut Amin, saat ini sudah tidak ada tempat yang aman dan terbebas dari bencana. Amin mencontohkan, warga yang berada di lereng gunung khawatir longsor, sedangkan yang tinggal di pinggir kali khawatir akan banjir.

Pun dengan yang tinggal di pesisir pantai khawatir adanya banjir rob. Menurut Amin, ancaman tersebut akan selalu ada. Namun, Amin mengajak masyarakat tidak panik.

"Selalu ada ancaman, tapi tidak perlu takut karena bencana itu bisa dimitigasi, dan dikelola untuk pengurangan risiko. Dari jaman dulu sudah bencana," kata Amin menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement