REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali membentuk kelompok kerja Bali Tourism Hospitality (BTH) untuk mengantisipasi dampak erupsi Gunung Agung terhadap sektor pariwisata. Pariwisata merupakan urat nadi perekonomian masyarakat di Pulau Dewata. "Kelompok kerja ini menjembatani isu-isu beredar terkait informasi erupsi Gunung Agung," kata Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Provinsi Bali, I Ketut Astra, Senin (4/12).
Astra mengatakan BTH terdiri atas tiga bidang kerja, yaitu bidang kelembagaan, pelayanan dan pendampingan wisatawan, serta data dan media. Khusus bidang data dan media, BTH berperan mengantisipasi berita-berita hoaks yang meresahkan wisatawan dengan cara memberikan informasi yang benar dan faktual.
Bidang pendampingan, Astra mengatakan, berperan memfasilitasi wisatawan. Seperti ketika Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ditutup. Bagian pendamping memfasilitasi transportasi wisatawan menuju terminal dan pelabuhan terdekat, sehingga sampai ke tujuannya masing-masing. "Masyarakat tak perlu khawatir sebab pemerintah sudah siap menanggulangi bencana," kata Astra.
Astra mengklaim jumlah wisatawan ke Bali masuk kategori biasa dan tidak terjadi penurunan signifikan. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk ke Bali hingga Oktober 2017 mencapai lima juta orang.
Ketika ada penutupan bandara beberapa waktu lalu, BTH menyiapkan belasan venue. Ini demi memberikan layanan dan fasilitas bagi pengunjung yang tidak bisa pulang ke hotel-hotel mereka. Lokasinya antara lain Grand Inna Bali Beach Hotel, ITDC Nusa Dua, Krisna Oleh-Oleh Sunset Road, Taman Ayu, Bali Bird Park, Bali Adventure Park, Desa Wisata Kertalangu, Bencingah Puri Ubud, Pod Chocolate, Taman Sari, dan Ubud Adventure Centre.
Kepala Seksi Surveillance dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Gusti Ayu Raka Susanti menambahkan pihaknya sudah menyiagakan petugas kesehatan di pos-pos pengungsian. Pemerintah provinsi juga mengecek fasilitas umum yang ada di pengungsian supaya kualitasnya tetap terjaga baik, seperti toilet dan lingkungan sekitarnya.
"Imunisasi campak juga dilakukan secara masal terhadap anak-anak di pengungsian mengingat penyakit ini dengan mudah ditularkan di pengungsian," kata Susanti.
Susanti mengimbau masyarakat disiplin menggunakan masker, terkhusus mereka yang berada di dekat zona bahaya. Abu vulkanis berpotensi mengganggu pernapasan. Masyarakat juga disarankan menggunakan kacamata dan baju lengan panjang jika berpergian ke luar.
Jumlah terakhir pengungsi Gunung Agung mencapai 59.061 jiwa yang tersebar di 213 titik. Pengungsi di Karangasem merupakan tertinggi, mencapai 34.144 jiwa di 116 titik. Berikutnya pengungsi di Buleleng (9.345 jiwa di sembilan titik), Klungkung (9.304 jiwa di 43 titik), Bangli (897 jiwa di dua titik), Tabanan (674 jiwa di sembilan titik), Denpasar (572 jiwa di empat titik), 3.282 jiwa di delapan titik), Badung (531 jiwa di lima titik), dan Jembrana (312 jiwa di 17 titik).