REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan pertumbuhan lava menuju kawah Gunung Agung terdeteksi dari citra satelit mengalami perlambatan. "Dari hasil pemantauan citra satelit yang terbaru, terjadi pertumbuhan lava ke permukaan kawah yang melambat karena adanya pendinginan pada bagian atas lava ini," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Senin (4/12).
Ia menerangkan, perlambatan rate lava Gunung Agung mengalami perlambatan kepermukaan, kata dia, diakibatkan juga karena dinamika di dalam Gunung Agung atau tidak dapat dihitung secara linier kandungan lava di dalamnya. Devy mengatakan, perlambatan lava ini masih membutuhkan data lain dan secara statistik saat ini masih terjadi didua titik dan terus dipantau. Dari hasil pemeriksaan geokimia terbaru, kata Devy, gas magmatik sulfur dioksida (SO2) melalui metode DOAS mengidentifikasi kontribusi gas magmatik yang masih tinggi.
"Kami hanya bisa memantau dari berbagai parameter sampai saat ini bahwa aktivitas Gunung Agung masih cukup tinggi dan berpotensi masih erupsi dan status tetap masih tetap level IV atau awas," ujarnya.
Namun, dari pemeriksaan SO2 pada Sabtu (2/12) lalu jumlah kandungan gas magmatik ini mencapai 1.300 ton per hari. Artinya, dengan data ini masih ada kontribusi magmatik di Gunung Agung. Dibandingkan dengan Gunung Sinabung, kandungan gas SO2 Gunung Agung ini masih sangat tinggi. "Kalau di Gunung Sinabung fluida SO2 nya hanya 300-600 ton per hari, artinya Gunung Agung saat ini sangat tinggi," ujarnya.
Oleh karenanya, pihaknya menyimpulkan potensi untuk terjadinya erupsi masih tinggi, walaupun pihaknya tidak dapat memastikan berapa kapan dan seberapa besar letusan Gunung Agung ini. Ia menegaskan, aktivitas Gunung Agung belum dapat dipastikan melemah dan secara intensitas secara visualnya berkurang pada hari ini. "Namun, kami melihat dari data seismograf hari ini menandakan gempa vulkanis masih muncul dan energinya cukup besar dan ini menandakan aktivitas belum melemah," katanya.
Ia mengatakan, aktivitas Gunung Agung tercatat 26 gempa fulkanik sejak Ahad (3/12) hingga siang pagi ini. Artinya, hal ini mengindikasikan adanya tekanan berlebih di tubuh gunung tertinggi di Bali ini. Sedangkan, gempa frekuensi rendah juga cukup tinggi di atas 20 kali yang mengartikan aliran fluida magma sudah ada dipermukaan.
"Secara visual aktivitas Gunung Agung masih tampak tenang dan terlihat asap berwarna putih tipis dengan ketinggian 500 meter dari permukaan kawah dan ini tidak menjadi satu-satunya parameter kami, karena di dalam kawah masih terisi lava sekitar 20 juta meter kubik," ujarnya.