REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan berbagai masalah yang muncul di Indonesia disebabkan sekelompok orang yang ingin mencari keuntungan semata. Bahkan, dia menyebut orang-orang ini sebagai predator.
"Bangsa ini rusak karena predator. Ada yang kelihatan, ada yang tidak. Tapi daya rusaknya luar biasa," ujar Haedar saat memberikan sambutan pada Resepsi Milad ke-105 Muhammadiyah di Medan, Sumatra Utara (Sumut), Sabtu (2/12) malam.
Menurut Haedar, predator ini merupakan bagian dari mereka yang memiliki harta dan kekuasaan. Dengan bekal yang dimiliki, mereka memasuki berbagai lini kehidupan dan mengatur semua hal sehingga menguntungkan mereka.
"Kata Presiden Jokowi, satu persen orang menguasai 55 persen kekayaan Indonesia. Satu persen ini predatornya. Masuk ke politik, ekonomi, sosial, budaya, ormas. Semuanya. Dengan uang tak terbatas, memainkan peran apa saja," ujar dia.
Hadir pula dalam perhelatan itu, antara lain 25 pimpinan daerah Muhammadiyah di wilayah Sumut, Wakil Gubernur Sumut Nurhajizah Marpaung, dan sejumlah pejabat lain.
Jamaah Muhammadiyah, lanjut Haedar, harus menyibukkan diri dengan hal-hal yang produktif. "Bersyukur dengan perbuatan dan merekatkan kebersamaan. Ini yang buat kita kuat."
Pada kesempatan itu, Haedar juga mengatakan, ada kelompok tertentu yang menyebarluaskan isu keretakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "NKRI dalam ancaman itu politik sebenarnya. Isu politik. Karena mayoritas di negara ini, apa pun sukunya, rasnya, agamanya, kelompoknya tidak ada yang ingin meruntuhkan dan membubarkan NKRI," ujar dia.
Menurut dia, ada kelompok tertentu yang sengaja menciptakan isu tersebut untuk menunjukkan eksistensi mereka. Kelompok ini rela menciptakan isu-isu yang menguras perhatian bangsa demi keuntungan mereka sendiri.
"Lebih karena ingin eksisnya sebuah kelompok dalam percaturan politik," ucap dia.
Menurut Haedar, permasalahan bangsa merupakan tugas dan kewajiban pemerintah untuk menyelesaikannya. Namun, rakyat pun tentu tak bisa tinggal diam.
"Karena kita bagian dari bangsa ini. Dalam titik yang paling krusial, kita bisa memberi solusi," kata Haedar.
Haedar mengatakan, semua pihak, termasuk jamaah Muhammadiyah, harus memiliki komitmen kebangsaan yang lahir dari semangat yang tulus, ikhlas, dan jujur. Dengan begitu, tidak akan ada yang menciptakan dan terpengaruh isu keretakan NKRI. Seluruh pihak pun akan berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi keutuhan bangsa.
"Kejujuran berbangsa itu seperti hidup berumah tangga. Di satu sisi amar makruf, di sisi lain nahi munkar. Kritik itu bentuk sayang Muhammadiyah terhadap negara," ujar Haedar.
Sementara, Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sumut, Hasyimsyah Nasution mengatakan, pada usianya yang melebihi satu abad, jamaah Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi umat yang lebih bermanfaat.
Menurut dia, milad ini harus dijadikan ajang untuk refleksi dan muhasabah atau introspeksi diri. Dalam agama, salah satu cara mewujudkan hal tersebut adalah bersyukur.
"Artinya, syukur itu bentuknya berbuat, bekerja. Kita harus kreatif ke depan, membuka peluang-peluang sehingga eksistensi Muhammadiyah betul-betul membawa rahmat kepada manusia dan umat di Sumut," ujar Hasyimsyah.
Ia juga menekankan, umat Islam, khususnya jamaah Muhammadiyah, tidak boleh berhenti menginfakkan yang dimiliki, termasuk ilmu dan diri mereka. Dengan cara inilah jamaah Muhammadiyah dapat terus bermanfaat bagi sesama.
(Pengolah: Wachidah Handasah).