Ahad 03 Dec 2017 23:32 WIB

NTB Antisipasi Dampak Penurunan Turis Akibat Gunung Agung

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Indira Rezkisari
Berkurangnya Asap Sulfatara. Gunung Agung terlihat dari Pantai Jemeluk, Amed, Bali, Ahad (3/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Berkurangnya Asap Sulfatara. Gunung Agung terlihat dari Pantai Jemeluk, Amed, Bali, Ahad (3/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sektor pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) terkena imbas dari erupsi Gunung Agung di Bali. Sistem buka-tutup Bandara Internasional Lombok berdampak pada tersendatnya pintu masuk wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Hal ini persoalan serius bagi NTB, terutama Pulau Lombok. Pasalnya, akhir tahun merupakan puncak kunjungan wisatawan ke Lombok. Menyikapi hal ini, insan pariwisata di Bumi Seribu Masjid menyiapkan sejumlah langkah guna membangun kembali kepercayaan turis terhadap pariwisata Lombok.

Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal menyebutkan, sedikitnya 3 ribu pemesanan kamar hotel di Lombok dibatalkan. Belum lagi, ratusan pembatalan kunjungan melalui biro perjalanan wisata hingga pramuwisata.

"Kondisi ini memang tidak pernah kita duga sebelumnya," ujar Faozal saat rapat strategi antisipasi dampak erupsi Gunung Agung di Mataram, NTB, Ahad (3/12).

Faozal menilai, kondisi ini bisa berdampak pada target kunjungan wisatawan ke NTB yang dicanangkan mencapai 3,5 juta wisatawan pada 2017, yang mana baru tercapai 80 persen dari total kunjungan. Masa puncak kunjungan yang digadang-gadang menjadi senjata pamungkas NTB dalam meraih 3,5 juta wisatawan terkendala kejadian bencana alam di Bali.

Faozal berharap, akhir pekan dan sisa di pengujung tahun, kondisi pariwisata kembali pulih. Keyakinan ini didasari kondisi Bandara Internasional Lombok yang sejak dua hari terakhir kembali normal.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana menyampaikan, Kemenpar sedang menyusun strategi agar pariwisata di NTB bisa kembali normal. Kemenpar, kata Pitana, sudah menganggarkan Rp 6 miliar untuk keadaan darurat erupsi itu yang mengakibatkan pariwisata di Bali dan NTB menjadi terganggu. Anggaran ini ini akan diimplentasikan dalam sebuah program yang berkaitan dengan kenyamanan wisatawan di Bali dan NTB.

"Dana ini tidak dibagi ke Bali atau NTB, tapi kita buatkan program agar wisatawan bisa mendapatkan informasi yang jelas dan keadaan pariwisata di Bali dan NTB bisa kembali normal," ujar Pitana.

Pitana menjelaskan, aspek terpenting dalam kondisi saat ini ialah informasi yang jelas dan mudah diakses wisatawan maupun calon wisatawan.

"Yang paling dibutuhkan ialah informasi yang jelas. Kami sudah membangun komunikasi dan bekerja sama dengan Google Indonesia agar wisatawan bisa mendapatkan informasi yang jelas terkait dengan erupsi Gunung Agung," lanjut Pitana.

Dengan begitu, baik wisatawan yang sudah berada di Bali dan Lombok, maupun calon wisatawan akan mendapatkan informasi yang jelas dan tidak merasa was-was. Pitana menegaskan, kondisi di Bali dan Lombok masih aman dikunjungi, kecuali kawasan rawan bencana (KRB) dengan radius 12 Km.

"Lebih dari itu dalam kondisi aman, ini yang harus kita beritahu kepada wisatawan agar mereka tidak khawatir datang," ungkap Pitana.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB Lalu Abdul Hadi menyambut baik program Kemenpar. Menurut Hadi, dampak erupsi Gunung Agung sangat terasa bagi industri perhotelan di NTB. Alasan ini pula yang mendasari hotel-hotel di NTB memberikan diskon hingga 50 persen bagi wisatawan yang terdampak erupsi Gunung Agung.

"Hotel-hotel sudah sepakat beri diskon bagi wisatawan yang melakukan perpanjangan karena tidak bisa kembali akibat dari penutupan bandara," kata Hadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement