Sabtu 02 Dec 2017 23:08 WIB

Pekalongan Tetapkan Status Darurat Bencana

Petugas gabungan mengevakuasi warga terdampak banjir di Kecamatan Pekalongan Utara, Jawa Tengah, Jumat (1/12). Menurut data kecamatan setempat, sebanyak 1.300 warga dari tujuh kelurahan dievakuasi untuk menghindari banjir akibat dari curah hujan tinggi dan gelombang laut yang besar sebagai dampak siklon tropis dahlia.
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
Petugas gabungan mengevakuasi warga terdampak banjir di Kecamatan Pekalongan Utara, Jawa Tengah, Jumat (1/12). Menurut data kecamatan setempat, sebanyak 1.300 warga dari tujuh kelurahan dievakuasi untuk menghindari banjir akibat dari curah hujan tinggi dan gelombang laut yang besar sebagai dampak siklon tropis dahlia.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN — Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, telah menetapkan status darurat bencana menyusul terjadinya banjir yang melanda di sejumlah kelurahan Kecamatan Pekalongan Utara.

Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Sri Ruminingsih di Pekalongan, Sabtu (2/12), mengatakan saat ini pemkot telah membangun posko dapur umum di sejumlah titik untuk membantu warga yang dilanda banjir. "Sejumlah titik posko dapur umum itu, kami tempatkan antara lain di depan halaman GOR Jetayu, kantor PMI, Pasirsari, Kramatsari, Krapyak, dan posko kesehatan kantor Kecamatan Pekalongan Utara," katanya.

Menurut dia, pada penetapan status darurat bencana itu, pemkot mengalokasikan dana bencana Rp 1,5 miliar. "Dengan menetapkan sebagai kejadian darurat bencana, maka kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasinya. Adapun, langkah sementara ini, kami membantu dengan memberikan nasi bungkus, selimut, air mineral, dan mi instan pada korban banjir," katanya.

Ia mengatakan pemkot telah menginstruksikan pada Puskesmas Kusuma Bangsa agar membuka pelayanan kesehatan pada masyarakat meski hari libur. Selain membantu pengadaan logistik dan pelayanan kesehatan, kata dia, pemkot juga akan membangun kembali tanggul penahan air di Slamaran dan pantai Wiroto yang jebol, serta menangani pintu air yang tidak berfungsi.

"Kendati demikian, untuk pembangunan tanggul yang jebol, kami masih menunggu air laut surut. Sekarang ini, arus air laut masih relatif besar," katanya.

Ia mengatakan saat ini ada sekitar 730 warga yang masih mengungsi ke tempat yang aman atau ke rumah saudaranya, masjid, dan rusunawa Slamaran. "Akan tetapi, ada juga mereka yang kembali ke rumahnya mengingat airnya sudah mulai surut," katanya.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement