Jumat 01 Dec 2017 21:09 WIB

Pembangunan Kota Harus Humanis

Ilustrasi.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli dibidang tata kota Massimiliano Fuksas minta pembangunan kota-kota di Indonesia harus humanis, dalam artian memperhatikan kepentingan manusia atau dikenal sebagai human oriented development.

"Perbanyak ruang publik serta transportasi publik agar kota menjadi nyaman untuk dihuni warganya," kata Massimiliano Fuksas, pendiri Studio Fuksas dari Italia di Jakarta, Jumat (1/12), saat hadir sebagai pembicara dalam seminar bertajuk "Transforming Lives-Human & Cities".

Sejumlah kota di dunia, kata dia, saat ini berlomba-lomba menyediakan tempat yang nyaman bagi warganya. Menurut Massimiliano persoalan yang dihadapi Jakarta sama dengan kota-kota besar lainnya dunia, yakni bagaimana memberikan tempat yang nyaman bagi warganya, bagi Massimiliano kota Jakarta sudah memulai hal itu terlihat dengan dibangunnya fasiitas yang ramah bagi publik.

Massimiliano melihat fasilitas kota Jakarta sudah lebih baik bisa dilihat prasarana pejalan kaki sudah jauh lebih nyaman, begitu juga dengan transportasi publik yang mulai banyak, serta masih akan terus bertambah. "Saya kira Jakarta dapat menjadi tempat yang nyaman, apabila dapat dikelola dengan benar pasti akan menjadi lebih baik," kata dia.

Seminar bertajuk Transforming Lives-Human & Cities merupakan bagian ketiga dari seri yang diselenggarakan dalam dua tahun terakhir ini, hasil kerja sama UPH (Universitas Pelita Harapan) dengan Kedutaan Besar Italia, UI (Universitas Indonesia) dan ITB (Institut Teknologi Bandung)

Lebih jauh Senior Advisor dari School of Design UPH, Alwi Sjaaf mengatakan, pembangunan berorientasi manusia seharusnya sudah menjadi komitmen bagi ahli tata kota maupun arsitektur, pembangunan tanpa melibatkan manusia tentu tidak ada gunanya. "Kalau dalam membangun suatu proyek tidak melibatkan manusia, maka dapat dibilang proyek itu gagal," kata Alwi.

Alwi mengatakan, hadirnya ahli dari luar negeri ditujukan untuk berbagai pengalaman karena sebelumnya mereka juga menghadapi persoalan yang sama dalam membangun kota, setelah menghadapi bencana barulah mereka melakukan banyak perubahan.

Menurut Alwi untuk membangun kota bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, tetapi peran warga untuk memelihara sarana dan prasarana disediakan menjadi bagian penting, untuk itulah pentingnya kerja sama.

Alwi memberikan contoh pekerjaan melebarkan jalan itu bukan untuk manusia, tetapi untuk kendaraan, tetapi penyediaan prasarana pejalan kaki, ruang publik, transportasi publik, penyediaan air bersih perpipaan, sistem pembuangan imbah, manajemen sampah semua itu berorientasi kepada manusia.

"Banyak kota-kota di dunia seperti diceritakan Massimiliano yang juga menghadapi persoalan, hanya saja mereka menyadari hal itu serta melakukan perbaikan dengan melaksanakan pembangunan beroritentasi kepada manusia," ujar dia.

Sedangkan di Indonesia beberapa kota sudah mulai menerapkan pembangunan yang humanis bisa dilihat di Surabaya, Bandung, Semarang, serta Jakarta. Kuncinya duduk bersama antara pemerintah daerah, swasta, akademis untuk penyediaan fasilitas publik, jelas Alwi.

Menurut dia, tingginya urbanisasi mendorong berkembangnya pusat kota besar sehingga pemandangan di pusat kota penuh dengan bangunan-bangunan raksasa dengan skala yang belum pernah dialami sebelumnya.

Skala manusia mulai dilupakan ditengah hutan beton. Perlu solusi arsitektur yang sensitif untuk menjembatani perbedaan skala dan mengembalikan dimensi manusia dalam kehidupan perkotaan, jelas dia. Seminar "Transforming Lives Human & Cities" diharapkan menjadi cikal bakal pusat riset berbagi ilmu dan informasi antar akademi, praktisi dan masyarakat yang memiliki minat dalam bidang perkotaan demi terwujudnya kota yang berkelanjutan dan layak huni.

Seminar mendatangkan pakar arsitektur dan perkotaan nasional dan internasional, antara lain Massimiliano Fuksas (pendiri Studio Fuksas dari Italia), Prof. Ir. Gunawan Tjahjono, M.Arch., Ph.D., (UI) dan Prof. Ir. Moch. Danisworo, M.Arch,. MUP. PhD (ITB).

"Kami berkomitmen untuk dapat menyajikan kajian-kajian ilmiah berstandar internasional melalui kerjasama dengan para pakar dari mancanegara. Kami juga berharap pembangunan khususnya di Indonesia dapat berorientasi kepada manusia dan alam," kata Alwi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement