Jumat 01 Dec 2017 00:10 WIB

Kenabian dan Berhala Zaman Now

Salamun
Foto: dok. Pribadi
Salamun

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Salamun *)

Adalah ‘Amr bin Luhay tokoh berpengaruh dan disegani di jazirah Arab pemimpin Bani Khuza’ah yang setelah mengembara kebeberapa daerah Syam. Dia kemudian memperkenalkan berhala-berhala kepada masyarakat Arab di antaranya Hubal, Manat, latta, dan ‘Uzaa.

Mereka menganggap berhala-berhala itu dapat memberikan manfaat dan mudharat bagi kehidupan mereka, bahkan yang menjadi lucu mereka menganggap keberadaan berhala sebagai washilah untuk mendekatkan diri kepada Allah (Lihat QS.39. Az-Zumar:3). Dan sepertinya tidak sedikit generasi zaman now yang masih berfikir juga demikian.

Namun, sebagai sebuah peradaban yang pernah mengenal ajaran yang mulia dari Nabi Ibrahim as ada beberapa budi pekerti mereka yang baik di antaranya tentang kemurahan hati, menepati janji, harga diri yang tinggi, tekad yang pantang surut, dan gaya hidup lugu dan polos ala Badui.

Secara runut Syaikh Shafiyyurrahman al mubarakfury menuliskan sejarah hidup Baginda Rasulullah SAW dengan relatif sangat detail dalam karyanya Ar-Rahiq Al Makhtum yang dibahasa Indonesiakan dengan judul Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad SAW Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik terahir. Buku ini tidak saja sebagai sebuah buku sejarah ansich justru penulis juga merekomendasikan untuk menempatkan buku ini sebagai bagian dari alat untuk dapat mendalami konteks dan sabab nuzul dari banyak ayat alquran.

12 Rabiul Awwal merupakan hari yang sangat bersejarah dimana Sang Penutup para Nabi Baginda Rasulullah SAW dilahirkan pada tahun Gajah (571 M). Adapun menurut Syeikh Shafiyyurahman al Mubarakfury (2006), Baginda Nabi SAW lahir pada hari Senin 9 Rabiul Awwal dan wafat pada hari Senin juga 12 Rabiul Awwal tahun 11 H dalam usia 63 tahun lebih empat hari.

Kelahiran dan kehadiran Sang Nabi menjadi momentum pencerahan, pembebasan dan penyelamatan ummat manusia dari berbagai ketersesatan sistem ketuhanan dan sekaligus menyempurnakan akhlak baik dalam konteks personal individual maupun sosial komunal.

Berhala zaman now 

Gawai dan perangkat elektronik yang makin canggih saat ini jika disalahgunakan dapat menjadi berhala zaman now. Makin tersedianya segala hal di dunia maya yang berada dalam genggaman dapat menjadi ancaman serius bagi generasi zaman now dan mendatang. Jika tidak memiliki basis ilmu dan informasi yang benar maka dapat menjadi tersesat oleh terbukanya arus informasi yang hampir tidak ada filter terkecuali praktis oleh diri kita sendiri.

Kebijakan pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang melarang berswafoto di Masjidil Haram misalnya menjadi dapat kita pahami ketika kebanyakan generasi zaman now sudah agak sulit memisahkan mana wilayah private dan publik. Selain mengganggu kekhusyuan jamaah lain tentu soal aspek keamanan juga menjadi pertimbangan penting.

Ibadah ‘mahdhah’ yang sesungguhnya merupakan komunikasi dan interaksi dirinya dengan Tuhan acapkali terganggu untuk tidak menyebut ‘ternodai’ dengan godaan riyaa (mempertontonkan) ibadah kepada khalayak ramai. Bahwa memang sesungguhnya keikhlasan sungguh-sungguh menjadi rahasia Allah SWT karena kadangkala kebanyakan diri ummat manusia tidak mengetahui kadar keikhlasan dari ibadahnya.

Pentingnya memahami ‘kode etik’ suatu ibadah menjadi sangat penting agar kita tidak diperbudak oleh gawai. saya cukup kaget ketika sekitar sepuluh tahun yang lalu saat menunaikan shalat jumat dikawasan kompleks senayan banyak yang masih sibuk pencet-pencet ponsel bahkan bertelefon ketika imam berkhutbah, lha jangankan berbuat demikian seseorang mengucapkan ‘diam’ saja karena mengingatkan jamaah lainnya yang brisik sudah ‘batal’ Jumat-nya.

Saya juga kaget ketika beberapa bulan yang lalu ada yang sibuk berswafoto ketika imam berkhutbah. Pertanyaannya, mereka tidak tahu tentang aturan beribadah Jumat --dan tentu semua ibadah lainnya-- atau sudah menjadi trend generasi zaman now yang tidak bisa beristirahat sejenak dari aktivitas kegawaian??.

Tentu menjadi dapat dimaklumi dan insya Allah menjadi kebaikan ketika gawai dijadikan pengganti mushaf untuk membaca Alquran ketika imam belum berkhutbah atau dalam momentum yang dibenarkan untuk hal tersebut (tilawah).

Membuat dan membagikan suatu karya tentu yang menjadi sangat penting ialah pesan yang ada dibalik karya dan motiv dari disampaikannya karya tersebut apakah berupa foto, note, status, naskah, quote dan semacamnya yang dibagikan kepada publik. Tentu saja sebagai sebuah tulisan yang dipublikasikan sangat diharapkan agar pemikiran kita dapat terkomunikasikan kepada publik dengan asbab dibaca oleh orang lain hehehe.

Sekali lagi tidak ada yang salah dari gawai dan perangkat teknologi, namun butuh kearifan kita dalam menggunakannya. Teknologi ibarat pisau dapur yang sesungguhnya sangat membantu kegiatan masak-memasak namun dapat menjadi perangkat kejahatan (kriminal) ketika berada ditangan orang yang jahat. Teknologi hendaknya kita jadikan pembantu kita untuk memudahkan aktifitas yang positif dan jangan sebaliknya justru kita menjadi budak gawai dan teknologi apalagi digunakan untuk menebar kebencian, permusuhan, dan kejahatan.

Ketika kita masih sibuk dengan gawai saat adzan berkumandang bahkan tidak segera beranjak untuk memenuhi panggilan Tuhan tersebut maka sesungguhnya kita telah diperbudak oleh gawai dan teknologi atau apapun yang kita anggap menjadi lebih penting seperti misalnya seminar, tatap muka, bahkan ironisnya barangkali kajian keagamaan sekalipun.

Jika berhala zaman old berupa patung-patung dan semacamnya sangat boleh jadi secara tidak sadar generasi zaman now menempatkan ilmu, teknologi, uang dan kekuasaan sebagai berhala yang dengannya kemudian merasa dapat melakukan apapun dan menjadi sangat risau jika kehilangan dan atau berjauhan dengannya.

Jika Ilmu, teknologi, uang dan kekuasaan tidak dapat mendekatkan kita kepada Allah SWT dan menebar kebaikan untuk ummat (masyarakat) maka dapat dipastikan telah terjadi disorientasi hidup dan untuk itu perlu segera melakukan muhasabah dan reorientasi hidup dan beragama dengan benar sesuai tuntunan Baginda Rasulullah SAW dalam segala konteks dan dimensi kehidupan. Wallahu a’lam bish-shawab.

 

*) Mahasiswa Program Doktor UIN Raden Intan Lampung, Dosen STIT Pringsewu dan UML. Email: [email protected]

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement