Kamis 30 Nov 2017 07:30 WIB

Daerah Siaga Bencana, Masyarakat Diminta Waspada

Rep: Issha Harruma, Mursalin Yasland/ Red: Elba Damhuri
Tim tanggap bencana meminta warga untuk segera pindah ke tempat yang lebih aman menyusul meluapnya sungai Bengawan Solo.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Tim tanggap bencana meminta warga untuk segera pindah ke tempat yang lebih aman menyusul meluapnya sungai Bengawan Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Para pemangku kepentingan di sejumlah daerah di Tanah Air mengingatkan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem. Walaupun tidak terkena imbas siklon tropis cempaka, cuaca ekstrem ditandai hujan intensitas tinggi dengan durasi yang lama dapat terjadi hingga Desember mendatang.

Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Syahnan mengatakan, gangguan cuaca di Laut Cina Selatan dan Samudra Hindia di barat Sumatra membentuk belokan angin di Sumatra Utara. Hal tersebut kemudian meningkatkan pertumbuhan awan-awan konvektif di provinsi ini.

"Diperkirakan hingga dua hari ke depan, hujan ringan hingga deras di seluruh wilayah Sumut, termasuk Kota Medan," kata Syahnan, Rabu (29/11).

Ia mengatakan, cuaca ekstrem di Sumut diprediksi akan berakhir awal Desember. BBMKG Wilayah I Medan memperkirakan, hujan sedang hingga lebat disertai kilat atau petir berpotensi masih akan terjadi di hampir seluruh wilayah Sumut. Menurut Syahnan, secara umum, cuaca ekstrem ini masih akan dialami oleh sejumlah daerah di Indonesia hingga beberapa waktu ke depan.

"Tapi untuk Sumut diperkirakan Desember akan berakhir," ujar dia.

Bupati Lampung Barat (Lambar) Mukhlis Basri menginstruksikan semua camat di kabupaten setempat untuk siaga menghadapi cuaca ekstrem yang terjadi saat ini. Para camat tidak diperkenankan meninggalkan lokasi selama cuaca tidak menentu seperti sekarang.

"Agar jika terjadi bencana untuk sesegera mungkin cepat tanggap," kata Bupati Lambar Mukhlis Basri, Rabu (29/11).

Ia meminta pihak-pihak terkait, seperi BPBD, Satpol PP, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, dan Dinas Perhubungan untuk siaga di tempat serta memantau kondisi wilayah yang kemungkinan rawan bencana. Kepada Dishub, Mukhlis, memerintahkan untuk segera memasang rambu-rambu lalu lintas di titik-titik rawan tanah longsor, banjir, dan gempa bumi. Lokasi yang perlu mendapat perhatian, yakni Kecamatan Belalau hingga Sumber Jaya.

Sementara itu, harga berbagai jenis sayuran di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Banyumas mulai mengalami lonjakan. Lonjakan harga ini bukan disebabkan bencana akibat cuaca buruk yang berdampak pada distribusi, melainkan karena banyak tanaman sayuran yang terserang penyakit akibat tingginya curah hujan.

"Sayuran di pasar-pasar wilayah Kabupaten Banyumas lebih banyak dipasok dari daerah sekitar Kabupaten Banyumas saja," kata Tarwadi (47), seorang pedagang sayuran di Pasar Wage Kota Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu (29/11).

Jenis sayuran yang mengalami kenaikan harga, antara lain, wortel, brokoli, dan daun bawang. Sebagai contoh, wortel yang sepekan lalu masih dijual dengan harga Rp 6.000 per kg, saat ini melonjak menjadi Rp 9.000 per kg. Sedangkan untuk jenis sayuran yang ditanam di dataran rendah, seperti bawang dan cabai, sejauh ini harganya masih relatif stabil.

"Kalaupun kadang naik-turun, tapi perbedaannya tidak seberapa," ujar Tarwadi.

Daerah bencana

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memetakan sebanyak 150 juta masyarakat Indonesia tinggal di daerah bencana. Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, pihaknya telah memiliki peta rawan bencana, gempa, tsunami, erupsi, banjir, hingga longsor.

Dari jumlah itu, sebanyak 60 juta penduduk berada di daerah rawan bencana banjir, 40 juta rawan bencana longsor, empat juta rawan tsunami, hingga 1,1 juta di daerah rawan erupsi gunung api. "Dari Sabang sampai Merauke itu merah semua. Indonesia memang daerah yang rawan bencana," ujar Willem.

Pemerintah, kata dia, telah menyadari hal ini. Untuk itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, upaya pengurangan risiko bencana masuk di dalamnya. Ia menyebutkan, mulai tahun depan, pencegahan dan penanggulangan bencana sudah menjadi satu prioritas pembangunan nasional.

BPBD Kabupaten Sukabumi mengemukakan, sepanjang Januari sampai pertengahan November 2017 telah terjadi sebanyak 573 kasus bencana. Kejadian terbanyak adalah tanah longsor dan kebakaran.

"Jumlah kerugian akibat bencana dari ratusan kasus ini mencapai sekitar Rp 38 miliar," ujar Koordinator Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sukabumi Yana Rusyana kepada wartawan, Rabu (29/11).

Besaran kerugian ini, kata dia, diperkirakan akan bertambah lagi hingga akhir Desember 2017. Sebab, pada November hingga Desember nanti diperkirakan kasus bencana akan meningkat dibandingkan sebelumnya. Sebab, intensitas hujan belakangan terus meningkat.

(Eko Widiatno/Laeny Sulistyawati/Riga Nurul Iman)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement