Selasa 28 Nov 2017 21:10 WIB

Gubernur Bali Bantah Ada Hujan Material Batu Gunung Agung

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andri Saubani
Erupsi magmatik Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, Selasa (28/11).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Erupsi magmatik Gunung Agung terlihat dari Kubu, Karangasem, Bali, Selasa (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gubernur Provinsi Bali, Made Mangku Pastika bersama jajarannya mengadakan video conference dengan Menteri Koordinator Maritim Luhut Binsar Panjaitan membicarakan tentang perkembangan terkini Gunung Agung. Luhut juga merangkap sebagai Ketua Pertemuan IMF dan Bank Dunia 2018 yang rencananya akan digelar di Bali.

Pastika menyampaikan kabar yang beredar di media terkait hujan batu yang terjadi di Desa Dukuh, Kabupaten Karangasem. Orang nomor satu di Bali itu membantah informasi tersebut. "Saya ingin menyampaikan bahwa kabar hujan batu itu tidak benar," katanya saat rapat di Gedung EOC Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Selasa (28/11).

Pastika mengatakan dia sudah menugaskan Kepala Kepolisian Sektor Kubu untuk memastikan kebenaran berita tersebut. Polisi datang ke lokasi sekitar dua setelah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mendeteksi lontaran batu panas dari perut Gunung Agung tersebut. "Tidak ada hujan batu. Sampai saat ini Gunung Agung masih mengeluarkan abu vulkanis setinggi hampir empat ribu meter," kata Pastika.

Mantan Kapolda Bali ini juga menyampaikan kepada Luhut bahwa pengungsi saat ini dalam kondisi baik. Kesehatan dan logistik tercukupi. Meski demikian, bantuan logistik dari pemerintah pusat masih dibutuhkan mengingat area zona bahaya diperluas menjadi 8-10 kilometer (km). Video conference tersebut juga dihadiri Danrem 163/ Wira Satya, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Kepala Dinas Perhubungan Bali, Kepala Dinas Komunikasi Informasi dan Statistik Bali, General Manager PT Angkasa Pura I, serta Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ngurah Rai.

Sepanjang pukul 13.00-14.00 WITA hari ini, seismograf tim pantau di Posko Rendang, Karangasem tiba-tiba menunjukkan aktivitas luar biasa. Itu kali pertama Sang Hyang Tohlangkir mencatat tremor terkuat sepanjang krisis September hingga November 2017.

Satu jam setelah itu, tepatnya sekitar pukul 15.00 WITA, PVMBG mendapat laporan adanya hujan kerikil dan batu di Desa Dukuh, empat kilometer dari puncak Gunung Agung. Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG, I Gede Suantika mengatakan dirinya cukup dikagetkan dengan aktivitas seismik ini dan menduga akan datangnya erupsi yang lebih besar.

"Setelah tremor itu, kami terus mengamati secara visual, hingga akhirnya ada laporan di utara Desa Dukuh sudah hujan kerikil dan batu," katanya di Posko Rendang, Karangasem.

Batu panas yang suhunya diperkirakan mencapai 500 derajat celsius itu mulai dilontarkan perut Gunung Agung. Ukurannya ada yang sebesar kepalan tangan orang dewasa. Laporan tersebut dijadikan dasar tim gabungan untuk mempercepat evakuasi warga yang masih bertahan di zona awas, delapan hingga perluasan sektoralnya sepanjang 10 km.

"PVMBG merekomendasikan penduduk di radius delapan hingga 10 km untuk segera menghindar," kata Suantika.

Desa Dukuh berada lebih dekat dengan dinding kawah Gunug Agung yang lebih terbuka. Ini yang menyebabkan lontaran kerikil dan batu panas ditemukan lebih banyak di sana. Satelit NASA juga menangkap anomali panas di sekitar area Gunung Agung. Suantika mengatakan hal tersebut bisa disebabkan faktor api di kawah yang semakin menuju ke permukaan.

Tim PVMBG juga meminta warga serta awak media yang beberapa bulan terakhir ikut serta beraktivitas di sekitar Pos Pantau Rendang untuk menjauh dari lokasi. Saat ditanyai kemungkinan alasannya karena perluasan areal terdampak, Suantika mengatakan tim masih menunggu data erupsi lebih lanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement