Senin 27 Nov 2017 21:00 WIB

Pertanian Berkelanjutan di Cianjur Makin Berkembang

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang petani membajak sawah dengan menggunakan traktor di Cidaun, Kabupaten Cianjur. Jawa Barat. (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Seorang petani membajak sawah dengan menggunakan traktor di Cidaun, Kabupaten Cianjur. Jawa Barat. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID,CIANJUR -- Pengembangan sistem pertanian ramah lingkungan di Kampung Tabrik, Desa/Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur mengalami kemajuan yang pesat. Pasalnya, para petani di kawasan tersebut mulai menikmati hasil pertanian yang segar, sehat, dan jelas pemasarannya.

Program pertanian yang ramah lingkungan atau ecofarming ini digagas PT Tirta Investama Aqua Grup yang menggandeng kelompok tani Gede Lestari dan Himpunan Petani Organik Cianjur (Hipoci). Salah satu yang menjadi unggulan dalam pengembangan pertanian di Kampung Tabrik adalah sayuran paprika. Pada Mei 2017 lalu kelompok tani di daerah itu sudah mulai memanen hasilnya dengan nilai jual yang menjanjikan.
 
"Awalnya sistem ramah lingkungan ini ditujukan untuk melindungi sumber daya air dari pencemaran bahan kimia dan E-coli," kata Arief Fatullah, Senior Sustainable Depelopment Manager Aqua Grup kepada wartawan di saung kelompok masyarakat mandiri Kelompok Tani Gede Mandiri, Desa/Kecamatan Gekbrong, Senin (27/11).
 
Menurut dia sebelumnya petani banyak menggunakan pestisida yang mengandung bahan kimia. Selain itu lanjut Arif, teridentifikasi bakteri E-coli akibat penggunaan pupuk kandang tanpa komposting. Kondisi tersebut kata dia menyebabkan kasus penyakit diare sebagai akibat mengkonsumsi air yang kurang sehat.
 
Fenomena ini kata Arif,  coba diubah dengan menerapkan pertanian ramah lingkungan dan sehat dengan model integrated farming system (IFS). Model ini memastikan praktik budidaya mengacu pada kaidah good agriculture practice. Salah satu cirinya dengan selalu berorientasi pada pasar untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.
 
Setelah diterapkan di Kampung Tabrik, Desa/Kecamatan Gekbrong ternyata sistem ini membuahkan hasil yang positif. Hal ini kata dia terlihat pada program budidaya paprika dipadukan dengan konservasi yang ramah lingkungan.
 
"Awalnya hanya ada sebanyak enam green house yang dibangun untuk budidaya paprika," ujar Arif.
 
Kini lanjut dia jumlah green house bertambah sebanyak tiga unit yang dibangun petani secara mandiri.
Arif menerangkan, unit usaha pengembangan paprika mendapatkan penghasilan rata-rata sebear Rp 3 juta hingga Rp 4 juta per bulan. Besarnya penghasilan ini kata dia disebabkan jelasnya proses pemasaran setelah proses produksi.
 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement